Alpukat Bikin Gendut?

Alpukat Bikin Gendut?

Avocado

“Jangan makan alpukat nanti kamu tambah gemuk”. Mungkin kalian pernah mendengar orang berkata demikian atau bahkan kalian pernah mendengar peringatan serupa dari teman, sahabat atau anggota keluarga. Sebelumnya aku mau say hello dulu buat para pembaca. Tidak terasa sudah beberapa bulan ini aku fakum dari kegiatan menulis. Rasanya terlalu banyak ide atau gagasan dalam otak yang saling berebutan minta dikeluarkan karena di dalam sudah mulai sumpek 😀 . Hanya saja entah mengapa tangan terasa berat melangkah di atas keybroad.

Nah setelah lama fakum, kali ini aku akan mencoba menyoroti anggapan masyarakat awam tentang buah “alpukat bisa bikin gendut”. Awalnya aku termasuk orang yang nggk banget sama buah yang nama “Alpukat”. Karna menurutku sih bentuknya setelah dihancurkan itu kayak ek-ong dedek bayiku yang baru lahir gitu… Jangan dibayangin ya.. nanti kalian dijamin mual dan mutah ( hi hi hi maaf agak jorok dikit ya… 🙂  🙂 😉  ). Oleh karena itu lah setiap pergi ngumpul sama temen-temen, aku nggk akan tu pernah pesen jus Alpukat. Tapi nggk tau kenapa ne pembaca sekitar 1 bulan terakhir ini aku jadi paling ngefans sama buah yang namanya “Alpukat”. Tapi dengan catatan makannya itu dijus dulu pake blander atau dikupas dan dimakan langsung bukan yang dihancurin pake sendok jadi kyk bubur gitu. Awal mula aku mulai kenal dan akhirnya ngefans itu berkat jasa temen kelas ku nama Chybi (bukan nama sebenernya ya 🙂 cuma nama buat lucu-lucu an aja… ha ha ha 😀 ). Si Chybi ini awalnya cuma mau ngusilin aku aja. Eee taunya malah dia bikin aku jatuh cinta sama “Si Alpukat”.

Jadi cerita si Chybi ini pulang ke kos bawa banyak banget buah Alpukat. Nah terus dibagiin dah tu ke temen-temen termasuk aku. Waktu itu sih aku sempet nolak karena emang nggk doyan. Tapi ada salah satu temen ku bilang kalau si Alpukat ini bisa dipake buat masker muka alami tanpa bahan kimia yang hasilnya itu dijamin top markotop ( hahaha 😀  😀  ). Awalnya sih aku gak percaya terus aku browsing aja di Mbah Google, ternyata bener kalau buah Alpukat itu bagus banget buat kulit. Bukan hanya buat kulit muka tapi juga bagus banget buat ngalusin tumit yang pecah-pecah dan mutihin siku dan lutut yang agak kehiteman. Jadi bagi kalian pembaca wanita aku rekomendasiin deh kalian untuk pake Alpukat ini sebagai alternatif perawatan kulit kalian. Selain alami tanpa bahan kimia harganya juga terjangkau. Apalagi kalau sahabat atau pacarnya punya pohon Alpukat, pasti dijamin gratis ( hahahaha 😀 ngarep gratisan).

Nah, sejak aku tau manfaat yang bagus banget itu mulai deh aku naksir sama si Alpukat ini. Tapi masih sekedar buat masker muka aja 😀  🙂 . Karena cuma dibuat masker jadi pakenya dikit-dikit aja, ya lumayan banyak banget deh sisanya. Akhirnya sampe sisa buahnya itu terbuang sia-sia karna busuk saking lamanya habis dan gk ada yang manfaatin. Karena alasan tersebut akhirnya aku mulai berpikir untuk coba-coba makan deh si Alpukat ini secara langsung tanpa dijus atau dilembutkan terus dicampur sama gula gitu. Awalnya si eneg banget dan rasanya agak sedikit hambar. tapi karena mikir dari pada kebuang kayak yang udah-udah dan nambah dosa karna buang-buang makanan akhirnya aku pun terpaksa makan aja. Walaupun dengan ekspresi wajah yang sedikit hancur dan aneh ( oh… tidak… udah kebayang kan pembaca gimana kira-kira ekspresiku makan tu buah sambil menahan eneg.. 😦  😦  ). Terbiasa akhirnya aku fine-fine aja makan Alpukat tanpa gula begitu dan itu udah cukup bikin kenyang walaupun ngk makan nasi. Dan malah aku diam-diam mulai suka makan Alpukat secara langsung. (cie cie ada yang mulai ngefans dan jatuh cinta tahap permulaan ne… ha ha ah 😀 ).

Kemudian suatu hari waktu lagi kumpul bareng dikos temen dan lagi rame-rame pake masker Alpukat, aku pun memakan sisa buahnya. Eeeeee tiba-tiba ada salah seorang temen bilang “Eh kamu ini udah endut masih aja makan Alpukat. Alpukat itu bikin gendut tau…”. Wau langsung saja kata-katanya itu mencabik-cabik relung hatiku. Bahkan sampai aku akan tidur malam kata-kata itu masih saja mendengung di telingaku dan bertahta dalam hatiku dengan gagahnya (versi alay dikit ha ha J ). Karena rasa penasaran yang tinggi, akhirnya keesokan harinya aku buka laptop dan mulai browsing artikel-artikel lengkap tentang si Alpukat ini. Aku pun membuka setiap artikel yang aku temukan dan membacanya dengan seksama.

Mataku rasanya tak ingin pisah dari monitor laptop agak aku bisa melihat setiap kata dalam artiket sehingga tidak ada satu pun kata yang terlewat ku baca tau bahkan salah mengejanya. Karena satu saja terlewat atau salah dalam mengejakan akan ada 99% kemungkinan kerancuan pemahan informasi dari artikel tersebut ( saaadiiiis… hi hi hi J J ). Setelah aku baca-baca beberapa artikel yang ada ternyata pada kenyataannya Alpukat itu nggk bikin gendut lho… ( lega karena setidaknya aku ngk akan tambah tembem karna makan Alpukat … J ). Jadi aku bisa dengan tenang-tenang aja tuh makan sisa buah yang ngk kepake biar gak terbuang sia-sia.

Bahkan salah satu artikel yang aku baca menyebutkan justru si Alpukat ini membantu Anda yang ingin mengenyahkan lemak di bagian perut. Selain mengandung lemak (lemak nabati yang tergolong sehat dan bermanfaat bagi tubuh), alpukat pun mengandung senyawa fitonutrien. Senyawa fitonutrien berkemampuan memerangi lemak perut dan menjadikannya susut dan rata. Beatabflab melansir, ketika mengonsumsi alpukat, buah tersebut akan memasok hormon pembakar lemak dalam tubuh yang akan membantu Anda kehilangan lemak perut. Kandungan serat alpukat pun senantiasa membuat kenyang lebih lama dan berkemampuan mengendalikan nafsu makan seseorang. Jadi buah Alpukat dapat dijadikan salah satu menu alternatif diet sehat.

Para ilmuwan menduga, lemak tak jenuh yang terkandung dalam alpukat bisa meningkatkan hormon penunda lapar yang disebut leptin. Hormon ini bisa merangsang otak untuk berhenti makan. Langsung saja aku bergumam “pantas saja aku kenyang walau ngk makan nasi”. Jadi buah ini pun merupakan bahan yang baik dalam membuat makanan penutup lainnya, karena dapat dijadikan sebagai kudapan yang creamy secara alami tanpa harus ditambahkan produk susu dan gula aditif lainnya. Irisan alpukat dapat ditambahkan ke salad, telur, sandwich, sushi, dan burger.

Adapun beberapa gizi yang terkandung dalam buah Alpukat dan baik bagi tubuh, antara lain adalah:

  1. Protein, Buah alpukat memiliki 18 asam amino yang diperlukan oleh tubuh sehingga protein dalam alpukat bisa lebih mudah diserap oleh tubuh. Protein dalam buah ini juga sangat bermanfaat bagi Anda yang ingin melakukan diet sehat tetapi tetap berenergi.
  2. Lemak Bermanfaat, Buah alpukat memiliki kandungan asam lemak tak jenuh tunggal hingga 20%. Jumlah ini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan buah lainnya. Lemak tersebut merupakan lemak sehat, sehingga Anda tidak perlu khawatir tubuh menjadi gemuk. Karena justru asam lemak tak jenuh tersebut yang membantu metabolisme dan mengurangi keinginan makan berlebihan.
  3. Karotenoid, Karotenoid yang terkandung di dalam buah alpukat sangat berguna untuk menjaga kesehatan mata dan bagian tubuh lainnya. Hal ini disebabkan oleh kandungan  vitamin A yang ada di dalam karotenoid. Oleh sebab itu, buah buah alpukat juga bisa digunakan untuk menjaga kesehatan mata dan stamina Anda dan keluarga.
  4. Anti-inflamasi, Kombinasi kandungan gizi vitamin C, E, karotenoid, selenium, seng, potosterol, dan omega 3 asam lemak yang terdapat di dalam buah buah alpukat dapat membantu mencegah berbagai peradangan.

Jadi tidaklah benar jika ada orang yang menyebutkan bahwa Alpukat adalah makanan yang bisa membuat kita tambah gendut. Justru bauh ini bisa membatu menyingkirkan lemak. Sejak aku tau fakta ini aku makin ngefans dan jatuh cinta setengah mati sama si Alpukat ( ha hah lebay dikit J ^_^ ). Jadi bagi para pembaca yang tembem kayak aku jangan takut dan malah menghindari buah ini ya… Satu tips yang harus diperhatiakan dalam mengkonsumsinya. Saat mengkonsumsinya jangan coba-coba dicampur dengan gula atau bahkan susu kental manis ya kawan… Karena justru bahan tambahan itu yang dapat membuat gemuk bukan buahnya.

Dan satu lagi, jangan pernah memberikan informasi atau ilmu tanpa Anda ketahui fakta yang sesungguhnya. Karena bukan tidak mungkin informasi yang ada berikan dapat mempengaruhi pola pikir atau merubah sudut pandang seseorang tentang sesuatu yang justru dapat membelokkannya ke jalan yang salah. Dan bagi penerima informasi jangan pula langsung mempercayai informasi tersebut. Alangkah lebih baiknya kita mencari tahu yang sebenarnya untuk memastikan kebenarannya dan menentukan sikap kita selanjutnya. Bayangkan saja jika aku tidak berusaha mencari tahu tentang informasi dari teman tersebut dan memilih menelannya mentah-mentah. Maka aku tidak akan pernah tau kalau ternyata Alpukat dapat membantu menghilangkan lemak. Terutama lemak yang bersarang di perut yang sering kali dikenal sebagai lemak yang membandel dan paling sulit dihilangkan. Dan aku pun tidak akan mendapatkan menu alternatif untuk diet sehat tanpa obat-obatan kimia.

Intinya “Tak kenal maka tak sayang”. Oleh karena itu manfaatkan ilmu pengetahuan yang ada dari berbagai sumber untuk mengelola informasi guna mengenal suatu hal secara lebih menyeluruh, agar kita bisa mengahargainya dan menfaaatkannya bukan malah memandangnya sebelah mata. Karena segala sesuatu yang diciptakan di dunia memiliki manfaat. Tergantung dari kita sebagai manusia memandangnya. Sekarang bagaimana kita dapat memanfaatkan kalau kita hanya mengenal secara setengah-setengah. Maka perbanyaklah membaca untuk menemukan hal-hal baru sebagai dasar mengenal segala hal. Agar setelah kita mengenalnya kita dapat menempatkan dan memnfaatkannya secara benar. Sehingga semua dapat berjalan secara berdampingan dan saling menguntungkan.

Baikalah mungkin sudah terlalu banyak saya berkata sehingga terkesan ngalor-ngidul nggk jelas… ( hehehe J J). Seperti biasa, diakhir tulisan, saya sangat mengharapkan saran dari pembaca mengenai kekurangan tulisan saya agar bisa menjadi bahan pembelajaran dan saya mampu menulis dengan lebih baik lagi…. Terimakasih ya kawan-kawan udah meluangkan waktu untuk membaca… Ika tunggu sarannya… emmuaccchh sampai ketemu di edisi-edisi yang lain, jangan bosen-bosen baca artikel-ku ya… Assalammu’alaikum wr.wb…

PROPOSAL PTK MATA PELAJARAN METEMATIKA DI SD/MI

PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN DASAR MENGGUNAKAN METODE JARIMAGIC DI KELAS III MI NAHDATHUL MUJAHIDDIN NW JEMPONG REMBIGE TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

 images

OLEH:

IKA HASANATUN NISA’

151129145

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelejaran yang diajarkan pada setiap jejang pendidikan di Indonesia. Mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mata pelajaran tersebut. Bahkan seorang tokoh Mornies Klien menyebutkan bahwa jatuh bangunnya sebuah negara dewasa ini, tergantung pada kemajuan teknologi di bidang matematikanya. Pada kurikulum SD, khususnya di kelas-kelas rendah pembelajaran matematika lebih menekankan pada peguasaan keterampilan-keterampilan berhitung dasar. Yang salah satunya adalah keterampilan perkalian.

Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak, artinya objek matematika berada dalam alam pikiran manusia sedangkan realisasinya menggunakan benda-benda yang ada di sekitar. Dikatakan memiliki objek yang abstrak karena pada hakikatnya matematika bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.[1]

Sehubungan dengan itu, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika haruslah memperhatikan beberapa prinsip, antara lain adalah: 1) belajar matematika harus berarti (meaningful), 2) anak aktif terlibat dalam belajar matematika (belajar aktif merupakan inti belajar matematika yang memungkinkan anak berkesulitan belajar membentuk pengetahuan mereka), 3) anak harus mengetahui apa yang akan dipelajari dalam kelas matematika (anak akan lebih bekerja keras untuk mencapai tujuan-tujuan menentu), 4) menggunakan berbagai bentuk atau model matematika dalam pembelajaran matematika (dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah adalah abstrak. Oleh sebab itu, pemilihan model, strategi dan alat bantu yang digunakan oleh guru haruslah mampu membahasakan materi-materi yang abstrak menjadi konkret).[2]

Namun kenyataan saat ini, pembelajaran matematika masih terasa jauh dari teori yang ada. Bahkan beberapa prinsip yang telah disebutkan di atas sering luput dari perhatian guru. Guru yang seharusnya hanya mempunyai peranan memilih model dan menyediakan lingkungan belajar yang sesuai, lebih sering mendominasi kegiatan belajar-mengajar sehingga guru terlihat lebih aktif jika dibandingkan dengan siswa. Seperti yang terlihat di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige. Penyampaian materinya hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab serta teknik menghafal untuk materi perkalian. Selain itu penggunaan alat bantu juga terasa masih kurang. Hal inilah yang membuat peserta didik kurang mampu menyerap materi yang diajarkan sehingga kebanyakan menganggap belajar matematika sulit dan terkesan tidak terlalu bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hal ini berdampak pada banyak siswa yang belum dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang seharusnya telah dikuasai pada kelas sebelumnya. Bahkan, sebagian besarnya belum bisa terampil dalam meteri perkalian. Para siswa mengungkapkan bahwa materi perkalian sangatlah sulit bagi mereka karena mengharuskan menghafal.

Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Perkalian merupakan salah satu keterampilan berhitung dasar yang harus mereka kuasai sebagai bekal untuk mempelajari materi selanjutnya. Mengingat matematika merupakan pengetahuan yang sangat terstruktur (keterampilan matematika harus dibangun dari keterampilan sebelumnya). Penguasaan keterampilan berhitung dasar yang salah satunya adalah menghitung perkalian akan mempermudah siswa untuk menguasai keterampilan matematikan yang lain. Oleh karena itulah penelitian ini menjadi sangat penting untuk dilakukan.

Terkait dengan masalah tersebut, telah dikembangkankan berbagai metode dan teknik pembelajaran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar matematika, terutama dalam hal berhitung. Salah satu metode yang klasik yaitu metode sempoa. Namun saat ini, muncul metode-metode baru yang digemari dan dianggap lebih praktis salah satunya adalah metode jari magic. Jari magic adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan. Metode ini ditemukan oleh M. Fajar Auliya.

Selain praktis, metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jari magic tidak membebani memori otak dan alatnya selalu tersedia. Bahkan saat ujian tidak perlu khawatir alatnya akan disita atau ketinggalan karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri. Oleh karena itu penilitian ini ingin mengangkat tentang penggunaan metode Jarimagic ini dalam meningkatkan keterampilan berhitung dasar matematika khususnya keterampilan berhitung perkalian.

Berdasarkan urain di atas, judul penilitian ini adalah “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berhitung (Perkalian) Dasar Menggunakan Metode Jarimagic di Kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige Tahun Pelajaran 2014/2015.”

  1. Sasaran Penelitian

Sasaran dari penelitian ini adalah siswa di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige Tahun Pelejaran 2014/2015, yang berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

  1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “ Bagaimanakah meningakatkan keterampilan berhitung (perkalian) dasar dengan penggunaan metode Jarimagic di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige Tahun Pelajaran 2014/2015?”

  1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berhitung (perkalian) dasar dengan penggunaan metode Jarimagic di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige pada Tahun Pelajaran 2014/2015.

  1. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan berhitung (perkalian) dasar di kelas MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige Tahun Pelajaran 2014/2015 antara lain:

  1. Manfaat Teoretis.

Penilitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pustaka kependidikan dan memberikan sumbangan informasi yang selanjutnya dapat memberi motivasi penelitian tentang masalah sejenis guna menyempurnakan penelitian ini.

  1. Manfaat Praktis.
  2. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dasar (perkalian) siswa sehingga memudahkan dalam menjawab soal operasi hitung perkalian karena menggunakan alat bantu yang merupakan bagian tubuhnya sendiri serta meningkatkan motivasi siswa dalam belajar karena belajar terasa lebih menyenangkan dan tidak membebani otak.

  1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat meberikan alternatif metode efektif yang digunakan dalam proses pembelajaran dan meringankan beban guru karena tidak perlu membawa alat peraga masuk ke dalam kelas. Karena alat peraga menggunaka bagian tubuh manusia yakni jari.

  1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi inovasi dalam pembelajaran sebagai upaya peningakatan kualitas dan mutu pembelajaran untuk mencapai tujuan sekolah secara optimal.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

  1. Tinjauan Tentang Belajar Dan Pembelajaran
  2. Pengertian Belajar Dan Pembelajaran
  3. Belajar

Belajar adalah upaya untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, atau keterampilan baru untuk memperluas dan memperkokoh pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.[3] Oleh karena itulah belajar dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan pribadi dan prilaku individu.[4]

Adapun pendapat-pendapat ahli pendidikan mengenai istilah belajar antara lain:

  • Surya menyebutkan, belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru sebagai hasil dari pengalamannya.
  • Crow & Crow menyebutkan belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap baru.
  • Hilgard, “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya renspon terhadap sesuatu situasi.
  • Thompson, menyebutkan belajar adalah perubahan prilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
  • Slameto mengatakan belajar adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalamanya berinteraksi dengan lingkungan.[5]

Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat ditarik sebuah kata kunci atau persamaan di dalamnya. Yakni kata perubahan tingkah laku atau perubahan prilaku. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku secara tetap yang dihasilkan melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu usaha sadar seseorang atau individu.

  1. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan. Hakikat dari pembelajaran dapat ditinjau dari dua segi, yakni segi etimologis (bahasa) dan terminologi (istilah).

Secara etimologis menurut Zayadi kata pembelajaran merupakan terjemahan dari bahasa inggris, intruction yang bermakna upaya membelajarkan seseorang atau kelompok orang, melalui berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah diterapkan. Dalam pengertian terminologis, pembelajaran dikatakan oleh corey merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus.[6]

Menurut pandangan Sudjana pembelajaran merupakan setiap upaya yang sistematik dan sengaja agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didi (warga belajara) dengan pendidik (sumber belajar).[7]

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang direncanakan oleh pendidik (guru) untuk mengkondisikan atau merangsang warga belajar (peserta didik) agar bisa belajar dengan baik dan tujuan pembelajara dapat tercapai secara optimal. Perencanaan ini meliputi tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan evaluasi dan lain segala hal yang terkait dengan proses belajar.

  1. Ciri-ciri Pembelajaran

Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara siswa dengan lingkungan belajarnya. Sedangkan ciri-ciri lainnya adalah berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri.[8]

  1. Komponen-komponen Pembelajaran

Telah diketahui bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem terencana yang terdiri dari komponen-komponen yang berinteraksi antara satu dengan yang lain. Adapun komponen-komponen pembelajaran adalah:

  1. Tujuan, tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, serta keterampilan hidup dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
  2. Sumber belajar, diartikan segala bentuk atau segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang yang dapat mempermudah proses belajar.
  3. Strategi pembelajaran, adalah tipe spesifik untuk menyampaikan informasi dengan kegiatan mendukung pencapaian tujuan khusus.
  4. Media pembelajaran, alat bantu yang mempermudah interaksi guru dengan peserta didik dan menunjang penggunaan metode.
  5. Evaluasi pembelajaran, alat indikator untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran.[9]

Selain kelima komponen tersebut, ada dua komponen inti yang ada dalam pembelajaran. Komponen tersebut adalah peserta didik dan pendidik (guru). Karena seperti yang diketahui bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan pendidik sebagai perencana dalam kegiatan pendidikan.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik diartikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran formal maupun non formal pada jenjang pendidikan tertentu.[10]

Selanjutnya pendidik (guru) diartikan sebagai tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.[11]

  1. Tinjauan Tentang Kemampuan Berhitung Perkalian Dasar
  2. Pengertian Kemampuan Berhitung Perkalian Dasar

Secara etimologis atau susunan bahasa, kata “kamampuan” berasal dari kata dasar “mampu” yang mendapatkan imbuhan Ke-an. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, mampu dapat diartikan kuasa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, dan kaya.[12] Selanjutnya istilah kemampuan atau keterampilan (skill) merupakan salah satu aspek atau ranah yang terkandung dalam kompetensi, yang secara terminologi dapat diartikan sebagai sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.[13]

Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung perkalian dasar adalah perkalian tingkat dasar. Yakni perkalian satu sampai dengan sepuluh. Perkalian dasar 1-10 memang seharusnya sudah tertanam dalam ingatan sejak masih dibangku SD.[14] Karena penguasaan kemampuan berhitung perkalian dasar ini akan berguna untuk mempelajari keterampilan perkalian tingkat selanjutnya, misalnya perkalian tiga bilangan dan perkalian yang lebih kompleks.

Dari uraian di atas kemampuan berhitung perkalian dasar dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan siswa untuk mennghitung perkalian 1 sampai dengan 10. Atau dengan kata lain penguasaan siswa terhadap perkalian 1 samapai dengan 10.

  1. Klasifikasi Kemampuan Berhitung Perkalian Dasar

Kemampuan berhitung dasar perkalian siswa di Kelas III MI Nahdathul Mujahiddin Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat digolongkan menjadi 3 tingkatan, yakni:

  1. Tingkatan rendah, siswa yang digolongkan dalam tingkatan ini mereka sudah memahami konsep perkalian dengan tepat, hanya saja mereka belum mampu menjawab soal singkat perkalian dengan cepat. Mereka belum dapat mengingat perkalian 1 sampai dengan 5 dengan tepat, mereka masih menggunakan cara manual yakni dengan menggambar batang-batang lidi lalu menjumlahkan sesuai dengan soal. Sehingga saat menjawab soal yang berkaitan dengan operasi perkalian 2 bilangan atau 3 bilangan memperlukan waktu yang lama akhibatnya mereka pun sering tertinggal dalam menyelesaikan soal-soal perkalian.
  2. Tingkatan menengah, siswa yang digolongkan dalam tingkatan ini mereka sudah mampu mengingat dengan baik perkalian 1 sampai dengan 5 namun mereka kesulitan saat harus mengkalikan bilangan 6 sampai dengan 9.
  3. Tingkatan mahir, siswa yang digolongkan dalam tingkatan ini mereka sudah mampu mengkalikan bilangan 1 sampai 10 dengan cepat dan tepat. Sehingga dalam menjawab soal-soal perkalian baik itu perkalian 2 bilangan maupun 3 bilangan mereka tidak menghadapi kesulitan yang berarti.[15]
  4. Tinjauan Tentang Metode Jarimagic
  5. Pengertian Metode Jarimagic

Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Jika dihubungkan dengan pembelajaran maka metode dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.[16] Dikatakan Metode Jarimagic karena metode pembelajaran ini menggunakan tangan sebagai alat peraganya.[17]

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode jarimatika merupakan sebuah cara yang digunakan oleh pendidik untuk mempermudah siswa menguasai keterampilan berhitung: Kali-Bagi-Tambah-Kurang dengan menggunakan alat bantu jari-jari tangan.

  1. Kelebihan Metode Jarimagic

Ada beberapa kelebihan metode Jarimagic jika dibandingkan dengan metode lain seperti menghafal, diantaranya:

  1. Simple, tanpa menggunakan 34 macam rumus teman besar atau teman kecil.
  2. Smart, mengsinergikan dan mengoptimalkan otak kanan dan otak kiri dalam belajar.
  3. Standard, formasi jari-jemarinya terstandarisasi dan mudah dipahami secara universal.
  4. Safe, aman digunakan sewaktu ujian. Karena alat bantu hitungnya jari-jemari tangan.
  5. Real, nyata proses perhitunganya dan hasilnya terlihat nyata ada di jari-jemari tangan.
  6. Quick, cepat proses perhitungannya bahkan bisa lebih cepat dari pada kalkulator.
  7. Practical, jari-jemari praktis dinawa kemana-mana dan digunakan kapan saja.
  8. Effective, sebagai media komunikasi efektif antara orang tua dan anak serta siapa saja.
  9. Fun, bermain seraya belajar menyenangkan dengan memainkan jari-jemari tangan.
  10. Award, telah mendapatkan penghargaan dari Mendiknas dan dimuat di Jurnal Ilmiah.[18]
  11. Format Jari Tangan untuk Perkalian

Sebelum mengajarkan anak menggunakan metode Jarimagic, terlebih dahulu anak harus dibimbing untuk memahami konsep dasar bilangan dan lambangnya serta operasi bilangan yang di dalamnya termasuk operasi perkalian kemudian cara menghitung dengan jari.[19] Jadi anak harus terlebih dahulu mengenal dan memahami angka kemudian memahami konsep dasar perkalian termasuk juga sifat-sifat dalam perkalian. Setelah itu barulah anak diperkenalan dengan formasi Jarimagic.

Adapun formasi Jarimagic untuk operasi perkalian dasar yakni perkalian 1 sampai dengan 10 terdapat dua formasi, yakni formasi untuk perkalian kombinasi 1-5 dan formasi untuk perkalian kombinasi 5-10

Gambar.1

Formasi Jarimagic perkalian 01-05[20]

Seperti pada gambar tersebut jari telunjuk dibuka bernilai 1 dan seterusnya hingga kelima jari dibuka bernilai 5. Dengan rumusnya kali 01-05 sama dengan TS, dimana TS merupakan titik persilangan jari kanan dan jari kiri yang terbuka.[21]

Selanjutnya untuk perkalian 05-10 menggunakan metode perkalian Jarimagic dengan rumus kali 5-10 sama dengan (T)_B. Dimana T adalah jumlah jari yang terlipat dan B adalah perkalian jari yang terbuka dan setiap jari yang terlipa menempati nilai puluhan. Adapun formasi jarinya adalah:

Gambar.2

Formasi Jarimagic perkalian 05-10[22]

  1. Contoh Penerapan Metode Jarimagic.
  2. Perkalian Kombinasi 01-05.

Untuk memahami penggunaan metode jarimagic perkalian kombinasi 01-05, penerapan rumus yang telah dijelaskan di atas dapat diamati langsung pada gambar berikut:

Gambar.3

Contoh Penerapan Metode Jarimagic untuk Perkalian 01-05[23]

Pada gambar di atas, ilustrasi tangan kiri mewakili angka 3 dan ilustrasi tangan kanan mewakili angka 1. Kemudian silangkanlah dan hitung titik persilangan jarinya.[24]

  1. Perkalian Kombinasi 05-10

Untuk memahami penggunaan metode jarimagic perkalian kombinasi 01-05, penerapan rumus yang telah dijelaskan di atas dapat diamati langsung pada gambar berikut:


Gambar.3

Contoh Penerapan Metode Jarimagic untuk Perkalian 05-10[25]

Pada gambar tersebut jari kana dan kiri yang terbuka dikalikan sebagai nilai B dan kemudian jari yang tertutup di jumlahkan sebagai nilai dari T. Sehingga T sama dengan 2 + 4 sama dengan 6 menempati puluhan dan kalikan jari yang berdiri 3 x 1 dengan cara menyilangkan kemudian hitunglah titik persilangannya dan hasilnya adalah 3. Jadi nilai dari 7 x 9 adalah (T)_B hasilnya 6_3. Karena 6 menempati nilai puluhan dan 3 menempai nilai satuan makan sama artinya 63. Sehingga hasil dari 7 x 9 adalah 63.[26]

  1. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran Matematika di SD/MI.
  2. Konsep Dasar Matematika di SD/MI

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.[27] Mengingat pentingnya Matematika, tidak heran jika mata pelajaran ini diajarkan hampir disemua jenjang pendidikan. Mulai jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan – bilangan  smbol-simabol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan mempermuda menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut pada jenjang sekolah dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidpupan seharai-hari.

  1. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD/MI

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

  1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
  2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
  3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
  4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
  5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.[28]
  6. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika di SD/MI

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek Bilangan (mengenal bilangan, operasi bilangan, KPK dan FPB, dan sebagainya), Geometri dan pengukuran (memahami bangun ruang dan bangun datar, satuan waktu, suhu, volume, panjanga dan sebagainya) serta Pengolahan data (membaca, mengumpulkan, dan menyajikan data serta mengolah data)[29]

  1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika di SD/MI Kelas 3 Semester I.

Adapun standar kompetensi adalah melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka dengan kompetensi dasar melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan memecahkan masalah perhitungan berkaitan dengan operasi perkalian.[30]

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. Setting Penelitian

Setting penelitian ini adalah MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige, yaitu kelas III yang berjumlah 23 orang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Lokasi ini diambil dengan pertimbangan dapat bekerja sama dengan guru Matematika di MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige sehingga memudahkan peneliti dalam mencari data, peluang, waktu yang luas, dan subyek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi peneliti.

  1. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian merupakan suatu objek penelitian tindakan kelas yang merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai activitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak.[31] Adapun sasaran penelitian ini adalah:

  1. Faktor siswa, yaitu meningkatkan kemampuan berhitung perkalian dasar siswa kelas III sehingga mempermudah dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka, melakukan operasi hitung campuran serta memecahkan masalah perhitungan pada Mata Pelajaran Matematika melalui penggunaan metode Jarimagic berupa tes evaluasi.
  2. Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu bagaimana interaksi antara siswa dengan siswa atau guru dengan guru dalam proses belajar mengajar yang berupa hasil observase aktivitas siswa.
  3. Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran.[32] Dalam pelaksanaannya PTK juga menggunakan data pengamatan langsung terhadap jalannya model pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi volume bangun ruang di kelas. Data tersebut dianalisis melalui beberapa tahapan dalam siklus-siklus tindakan yang terdiri dari 4 tahap yaitu, (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan dan observasi, (3). Evaluasi, dan (4). Refleksi. Adapun bentuk spiral kerja tindakan dari siklus ke siklus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar.4

Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK).[33]

  1. Siklus 1
  2. Tahapan perencanaan tindakan

Dalam tahapan ini hal-hal yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

  • Menyiapkan scenario (rencana) pembelajaran dengan penggunaan Metode Jarimagic.
  • Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru.
  • Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).
  • Membuat evaluasi yakni, berupa tes unjuk kerja dan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  1. Tahap pelaksanaan tindakan dan observasi

Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan atau menerapkan apa yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Observasi atau pengamatan dilaksanakan bersamaan atau saat proses pembelajaran sesuai dengan format pembelajaran yang telah disusun, semua aktivitas siswa dan guru yang tampak dicatat di lembar observasi.

  1. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini peneliti dan guru memberikan tes evaluasi berupa tes unjuk kerja dan tulis kepada siswa pada setiap akhir siklus. Tes ini dikerjakan secara individual untuk mengetahui kemampuan siswa berhitung perkalian.

  1. Refleksi

Refleksi dilakukan setelaah observasi dan evaluasi dilakukan sebagai acuan. Pada tahap ini guru dan siswa mengkaji hasil yang diproleh dan pemberian tindakan pada siklus awal. Hasil refleksi ini dijadikan sebagai dasar untuk menyempurnakan serta memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada tahap berikutnya.

  1. Siklus II

Hasil refleksi analisis data pada siklus I digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus II, dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I.

  1. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya

Instrument pengumpulan data merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Adapun dalam penelitian ini data yang diambil dengan menggunakan 2 instrumen yaitu:

  1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[34]

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran, yaitu aktivitas guru dan siswa. Lembar observasi akan diberikan kepada seorang observer sebelum proses belajar berlangsung. Kemudian observer mengisi lembar observer tersebut pada saat proses belajar berlangsung. Adapun kegiatan siswa yang akan menjadi acuan dalam lembar observasi adalah:

  1. Kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran
  2. Antusiasme siswa mengikuti pembelajaran
  3. Kerja sama siswa dalam kelompok diskusi
  4. Aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS
  5. Interaksi siswa dengan guru selama proses pembelajaran
  6. Aktivitas siswa dalam menyimpulkan hasil pembelajaran
  7. Tes

Tes merupakan rangkaian pertanyaan atau alat lain digunakan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok.[35] Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes formatif berbentuk esaay dan objektif. Tes essay dengan bentuk soal cerita dan tes objektif dengan jawaban singkat atau (short answer).

Jenis tes yang digunakan adalah post tes yaitu tes yang dilaksanakan setelah diadakan tindakan. Adapun kisi-kisi soal tes dengan menerapkan metode Jarimatika, pada mata pelajaran Matematika submateri Operasi Bilangan dapat dilihat pada table 1.

Table 1

Kisi-Kisi Soal Evaluasi dengan Menggunakan Metode Jarimatika pada pelajaran Matematika submateri Operasi Bilangan

No. Siklus Submateri Indicator Nomor soal
1. I Operasi Perkalian dan sifat-sifat dalam perkalian 1)     Mengenal konsep dasar operasi perkalian

2)     Menyebutkan sifat-sifat dalam operasi perkalian

3)     Menjelaskan sifat-sifat dalam operasi perkalian

4)     Terampil menghitung perkalian dasar

1

2

3

4

2. II Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan menerapkanya dalam menyelesaikan permasalah sehari-hari. 1)     Menghitung perkalian angka perkalian dasar dengan cepat

2)     Menghitung perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka.

3)     Mengenal beberapa cara penyelesaian operasi perkalian

4)     Terampil menggunakan teknik yang ada untuk menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan operasi hitung perkalian.

1

2

3

4

  1. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Januari s.d April 2015 di kelas III MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige.

  1. Cara Pengamatan (Monitoring)

Pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan secara kolaburasi dengan teman sejawat menggunkan lembar observasi yang telah disiapkan. Adapun yang diamati adalah bagaimana pelaksanaan tindakan, bagaimana guru menyajikan pelajaran, dan bagaimana sikap siswa dalam belajar, dan apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan skenario yang dibuat.

  1. Analisis Data dan Refleksi
  2. Analisis Data
  3. Data Tes Hasil Belajar Siswa

Data tes hasil belajar siswa adalah jumlah skor pada sejumlah butir Tes Hasil Belajar yang digunakan untuk mengukur dan dikatakan tuntas secara individu pada proses belajar mengajar.[36]Setelah memperoleh data tes hasil belajar siswa, data tersebut dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui ketercapaian ketuntasan belajar siswa dengan kriteria sebagai berikut:

  • Ketuntasan individu.

Ketuntasan individu yaitu setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas secara individu jika siswa mampum memperoleh nilai ≥ 60.

  • Ketuntasan klasikal

Keuntasan klasikal dikatakan telah tercapai apabila targe pencapaian ≥ 75% dari jumlah siswa dalam kelas bersangkutan yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan belajar individu. Hal ini dapat dihitung menggunakan rumus beriku:

Kk

Keterangan:

Jumlah siswa yang mendapatkan nilai ≥60

Kk Ketutasan klasikal

nJumlah siswa yang ikut tes[37]

  • Nilai rata-rata kelas (Mean)

Dalam kegiatan penelitian ilmiah yang menggunakan statistik sebagai analisis data, Mean dapat dikatakan hampir selalu dihitung. Mean jumlah dari seluruh angka dibagi dengan banyaknya angka yang ada.[38] Dalam penelitian ini pengolahan data tidak dilakukan secara manual menggunakan kalkulator melainkan menggunakan komputer, yakni aplikasi Microsoft Excel.

Adapaun untuk menghitung nilai rata-rata (Mean) menggunaka rumus “=AVERAGE(range tempat data yang akan dihitung)”. Contoh dari penggunaan rumus ini dapat digambarkan pada gambar 3 dan gambar 4.

 

 

 

Gambar.3

Contoh penulisan rumus untuk mencari Mean menggunakan aplikasi Microsoft Excel

Setelah rumus dimasukkan dengan format seperti terliha pada gambar 3, kemudian tekan Enter. Maka akan di dapatkan hasil seperti gambar 4.

Gambar.4

Contoh hasil perhitungan Mean menggunakan aplikasi Microsoft Excel

  1. Data aktivitas siswa
  • Menentukan rata-rata skor aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

A              = rata-rata skor aktivitas belajar siswa

             = total skor seluruh indikator

n               = banyak indikator

  • Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisi secara deskriptif kualitatif. Indikator tentang aktivitas belajar siswa yang diamati adalah sebanyak 5 indikator dan setiap indikator memiliki 6 deskriptor. Adapun cara pensekoran sebagai berikut:
  1. Skor 1 diberikan jika X ≤ 25 %
  2. Skor 2 diberikan jika 25% < X ≤ 50 %
  3. Skor 3 diberikan jika 50 % < X ≤ 75 %
  4. Skor 4 diberiksn jika X > 75 %

Keterangan: X = jumlah siswa dalam kelas yang cukup aktifmelakukan kegiatan menurut descriptor.

  • Menentukan MI dan SDI

Untuk menentukan MI (mean ideal) dan SDI (standar deviasi ideal) dengan rumus sebagai berikut:

MI

     =

     = 2,5

SDI)

     = X (4 – 1)

     = 0,5

  • Menentukan kriteria aktivitas belajar siswa

Berdasarkan skor standar, kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa dijabarkan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2

Kriteria Penentuan Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan Skor Standar

Interval Interval Skor Kategori
Mi + 1,5SDi ≤ A 3,25 ≤ A Sangat aktif
Mi + 0,5SDi A Mi + 1,5SDi 2,75 ≤ A 3,25 Aktif
Mi 0,5SDi ≤ A Mi + 0,5SDi 2,25 ≤ A 2,75 Cukup aktif
Mi 1,5SDi ≤ A Mi 0,5SDi 1,75 ≤ A 2,25 Kurang aktif
A Mi 1,5SDi A 1,75 Sangat kurang aktif

  1. Refleksi

Refleksi dilakukan pada tahap akhir siklus. Pada tahap ini peneliti, guru, dan teman sejawat mengkaji pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam pemberian tindakan tiap siklus. Refleksi dilakukan dari data kualitatif sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan tindakan pada siklus berikutnya.

  1. Indikator Penelitian

Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini dikatakan berhasil adalah apabila:

  1. Aktivitas siswa minimal berkategori aktif
  2. Tercapai kelulusan hasil belajar siswa dengan ketentuan, minimal 75% siswa memperoleh nilai ≥ 60.

 

 

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I

LEMBAR KERJA SISWA

Submateri             : Operasi Hitung Perkalian (Bilangan)

Tujuan             :

  • Siswa mampu mengenal sifat-sifat dalam perkalian
  • Siswa dapat menghitung perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka
  • Siswa mampu menyelesaikan permasalahan sehari-hari terkait dengan

Lanagkah kerja:

  1. Perhatikan soal berikut:
  2. (9 x 7) x 18 = 9 x (7 x ….)
  3. 18 x (5 + 6) = (18 x…) + (18 x…)
  4. 6 x 27 = 27 x …
  5. 7 x 17 = … x … = 119
  6. (6 x 8) x 9 = 6 x (….. x 9)
  7. 13 x (7 + 2) = (13 x 7) + (13 x 2)
  8. Lengkapi kemudian identifikasilah sifat-sifat operasi perkalian pada masing-masing soal!
  9. Kerjakan soal berikut:
  10. 9 x 88= . . .
  11. 97 x 6= . . .
  12. 87 x 9 = . . .
  13. 85 x 7 = . . .
  14. Disebuah gedung ada 14 deret kursi. Setiap deret berisi 12 kursi. Berapa jumlah kursi yang ada di gedung tersebut?
  15. Hasil sawah Pak Agus pada tahun ini adalh 18 karung beras. Setiap karung berisi 67 kg. Berapakah total hasil panen Pak Agus tahun ini?
  16. Ayah membeli 6 ikat rambutan, tiap ikat berisi 69 buah rambutan. Berapakah total buah rambutan yang didapatkan Ayah?
  17. Tulislah hasil kerja kalian dan peresentasikan di depan kelas

Lampiaran II

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Petunjuk pengisian: Berikan (√ ) untuk setiap descriptor yang Nampak

Cara penilaian:

BS (Baik Sekali)   : Jika semua (3) deskriptor yang nampak

B (Baik)                : Jika (2) descriptor yang nampak

C (Cukup)             : Jika (1) descriptor yang nampak

K (Kurang)           : Jika (0) tidak ada descriptor yang nampak

No INDIKATOR/DESKRIPTOR Ya Tidak Penilaian
BS B C K
1. Perencanaan dan persiapan penyelenggaraan pembelajaran
a.   Membuat skenario pembelajaran
b.   Menyiapkan tes/soal untuk identifkasi pengetahuan awal siswa
c.   Mengecek kehadiran siswa
2. Pemberian motivasi dan apersepsi kepada siswa
a. Menyampaikan pokok dan tujuan pembelajaran
b. Memberikan apersepsi kepada siswa
c.   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan guru yang berkaitan dengan apersepsi
3. Penyampian materi inti
a.   Guru menjelaskan tentang materi sifat-sifat perkalian.
b.   Menjelaskan tentang cara-cara penyelesaian perkalian 3 angka atau perkalian yang hasilnya 3 angka.
c.   Menjelaskan formasi jarimagic dan mendemonstrasikan penggunaan jarimagic
4. Mengatur dan Membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok
a.   Membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan terlebih dahulu menunjuk ketua kelompoknya.
b.   Menjelaskan tugas dan batasan waktu kegiatan serta membagikan LKS
c.   Membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan selama kegiatan diskusi.
5. Pemberian umpan balik terhadap hasil diskusi siswa
a.   Meminta salah satu siswa menyampaikan hasil diskusinya
b.   Memberikan siswa lain menanggapi dan bertanya
c.   Memberikan komentar terhadap hasil diskuinya
6. Mengahiri/menutup pelajaran
a.   Melakukan Tanya jawab dengan siswa untuk menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
b.   Memberi penguatan tentang penggunaan teknik jarimagic dalam menghitung perkalian
c.   Menginformasikan materi pelajaran yang akan dibahas minggu berikutnya dan meminta peserta didik untuk mempelajarinya.

Komentar / saran :

                                                                                          Hari /tanggal,

                                                                                             Observer

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Petunjuk pengisian : berilah tanda (√ ) untuk skor yang diproleh tiap descriptor.

Cara penskoran :

Skor 1 diberikan jika X ≤ 25 %

Skor 2 diberikan jiks 25 % < X ≤ 50 %

Skor 3 diberikan jika 50 % < X ≤ 75 %

Skor 4 diberikan jika X > 75 %

Keterangan: X = jumlah siswa dalam kelas yang aktif melakukan kegiatan descriptor

No INDIKATOR/DESKRIPTOR SKOR Rata-rata
1 2 3 4
1. Kesiapan dan antusiasme siswa untuk belajar        
a.      Siswa masuk tepat waktu.        
b.     Siswa membawa buku pelajaran yang relevan dengan materi.        
c.      Siswa duduk dengan rapi.        
d.     Siswa memperhatikan pelajaran dengan seksama selama proses pembelajaran.        
e.      Siswa iku mempraktikan penggunaan Jarimagic saat guru atau temannya mendemonstrasikannya di depan kelas.        
f.      Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lainnya.        
2. Kerja secara individu        
a.      Adanya kesadaran rasa tanggung jawab dengan tugas yang diberikan (ketua kelompok dan anggota).        
b.     Aktif dalam menyampaikan pendapat.        
c.      Adanya semangat untuk menguasai teknik Jarimagic.        
d.     Partisipasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.        
e.      Siswa percaya diri untuk mempraktikkan teknik Jarimatikan di depan kelas.        
f.      Adanya keberanian untuk bertanya dan menanggapi.        
3. Kerjasama dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas kelompok.        
a.      Adanya pembagian tugas dalam kelompok.        
b.     Saling membantu antar anggota kelompok untuk memahami materi.        
c.      Melakukan tanya jawab atau tukar pendapat antar anggota kelompok dalam menyelesaikan LKS.        
d.     Mengerjakan LKS dan perintah dengan teliti.        
e.      Mengerjakan semua item LKS.        
f.      Toleransi antar anggota kelompok.        
4. Interaksi siswa dengan guru        
a.      Memperhatikan penjelasan guru saat membimbing.        
b.     Melakukan tanya jawab atau mengemukakan pendapat pada saat diberikan bimbingan.        
c.      Melakukan tanya jawab meminta bimbingan saat dirasa ada item LKS yang tidak dapat diselesaikan.        
d.     Melakukan tanya jawab dengan guru untuk menyimpulkan hasil belajar.        
e.      Menanyakan pembahasan yang kurang dipahami        
f.      Terjalinnya komunikasi yang aktif bukan komunikasi yang kaku (bukan komunikasi antara bawahan dan atasan yang bersifat perintah)        
5. Aktivitas siswa dalam menyimpulkan hasil belajar (presentasi)
a.      Adanya perhatian penuh saat kelompok lain sedang mempresentasikan hasil diskusinya.        
b.     Mencatat pokok-pokok penting.        
c.      Menanggapi atau menanyakan hal yang kurang jelas.        
d.     Memperbaiki kekeliruan temannya dalam menjawab atau dalam mendemostrasikan teknik Jarimatika serta menanggapi pertanyaan kelompok lain.        
e.      Menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam mempresentasikan, mempertanyakan maupun menanggapi.        
f.      Tetap menjunjung asas demokrasi dalam menyampaikan hasil diskusi (sopan dalam mempertanyakan dan menanggapi).        
Jumlah Skor Indikator
Kriteria

Komentar / saran :

                                                            Hari / tanggal,

     

Observer


RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah            : MI Nahdathul Mujahiddin NW Jempong Rembige

Kelas/Semester          : III / 2

Alokasi Waktu           : 2 x 35 menit

 

  1. STANDAR KOMPETENSI

1.Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka

II.KOMPETENSI DASAR

2.1. Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka

III. INDIKATOR

Menghitung dengan perkalian angka 1 sampai 10.

– Menghitung perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka.

– Menghitung perkalian dengan cara bersusun pendek yang hasilnya bilangan tiga angka

  1. TUJUAN PEMBELAJARAN

– Peserta didik dapat melakukan perkalian angka 1 sampai 10

– memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan perkalian

– Peserta didik dapat memecahkan masalah perkalian dengan jarimatika.

  • Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ), Ketelitian ( carefulness), Kerja sama ( Cooperation ), Toleransi ( Tolerance ), Percaya diri ( Confidence ), Keberanian ( Bravery )
  1. MATERI POKOK
  2. Bilangan dan Operasi Bilangan

  1. METODE PEMBELAJARAN
  2. Jarimagic
  3. Tanya jawab
  4. Demontrasi
  5. Pemberian tugas
  6. Ceramah
  7. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
    1. Kegiatan Awal ( ± 10menit)
  8. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik.
  9. Guru bersama peserta didik berdoa bersama.
  10. Guru melakukan absensi
  11. Guru memberikan soal pre test untuk mengukur tingkat pemahaman awal peserta didik dengan menanyakan langsung beberapa pertanyaan kepada peserta didik untuk mengukur kemampuan awal peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari hari ini.
  12. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk selalu rajin belajar.
    1. Kegiatan Inti ( ± 50 menit)
  13. Guru menjelaskan secara umum kegiatan dan tugas-tugas pemberlajaran.
  14. Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok dengan terlebih dahulu menunjuk ketua kelompok.
  15. Masing-masing ketua kelompok dipanggil ke depan kelas untuk secara khusus mendapatkan bimbingan mengenai sifat-sifat perkalian, cara menyelesaikan perkalian 3 angka atau yang hasilnya 3 angka, cara penyelesaiannya dan mendemonstrasikan penggunaan jarimagic
  16. Siswa yang tidak diminta maju ke depan untuk membaca buku yang ada.
  17. Setelah bimbingan selesai guru membagikan LKS kepada ketua kelompok untuk dikerjakan.
  18. Guru mempersilahkan ketua kelompok untuk kembali ke kelompok masing-masing dan menjelaskan kepada teman-teman kelompoknya materi yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru kemudian mengerjakan LKS.
  19. Guru mengawasi dan membimbing jalannya diskusi.
  20. Setelah waktu yang ditentukan habis guru menunjuk perwakilan masing-masing kelompok untuk maju kedepan dan menulis serta menjelaskan jawaban mereka.
  21. Guru mempersilahkan kepada kelompok lain untuk bertanya. Seterusnya hingga seluruh item LKS terselesaikan.
  22. Guru melurkan jika ada jawaban yang kurang benar.
    1. Kegiatan Akhir ( ± 15 menit)
  23. Guru mengukang kembali pokok-pokok materi.
  24. Guru memberikan penguatan penggunaan teknik jarimagic dalam menghitung perkalian dengan kembali mendemonstrasikannya di depan kelas.
  25. Guru meminta siswa untuk mempelajarinya dan berlatih di rumah.
  26. Guru memberiahu siswa materi yang akan dipelajari minggu depan.
  27. Guru mengajak siswa berdo’a bersama sebelum mengakhiri pembelajaran.
  28. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

VII. ALAT DAN SUMBER BELAJAR

Sumber belajar :

  1. Buku Matematika
  2. Aneka Berhitung Cepat (Jarimagic)

Alat: Jari tangan kanan dan jari tangan kiri.

VIII. PENILAIAN

  1. Penilaian Proses
No N A M A Keaktifan Ketepatan Kerjasama Jumlah skor
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pedoman penskoran

Jumlah skor Keterangan Huruf
8 Sangat baik A
7 Baik B
6 Cukup C
3-5 Kurang D

 

  1. Penialaan Hasil Belajar
No Indikator Kompetensi Teknik Bentuk instrumen Contoh instrumen
1 Menghitun perkalian angka 1 sampai 10. Tes lisan Jawaban singkat Berapa hasil kali dari 7 x8?
2 Mengenal sifat-sifat dalam perkalian Tes Tulis Melengkapi LKS
3 Menghitung perkalian dengan cara bersusun pendek yang hasilnya bilangan tiga angka Tulis Uraian singkat LKS
4 Menyelesaikan masalah sehari-hari terkait dengan operasi perkalian Tes tulis Uraian bebas LKS

Mataram, 06 Februari 2014

Peneliti                                                                                                                                                           Guru Kelas III

(Ika Hasanatun Nisa’ )                                                                                                                                               (Pathiyah, S.Pd. )

Mengetahui

Kepala Sekolah Madrasah

 

 

( Teddy Rusdi, M.Pd.I )


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hafis, “Penelitian Tindakan Kelas Matematika”, dalam http://abdullahhafi.wordpress.com/2009/03/12/ptk-matematika/ diambil pada 10 Desember 2014, Pukul 08:48 WITA.

Anas Sudiyono. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006.

Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009.

Heri Gunawan. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta, 2012.

Heruman. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Jumardi Nasir, “Trik Memudahkan Penghitungan Perkalian Dengan Memanfaatkan Jari Tangan” dalam http://generasi46.blogspot.com/2013/05/trik-memudahkan-penghitungan-perkalian.html, diambil pada 10 Desember 2014, Pukul 20:21.

Kemendiknas. Permen No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Kemendiknas 2006.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2011.

  1. Fajar Auliya. Jarimagic: Perkalian dan Pembagian. Yogyakarta: Pusaka Widyatama, 2012.

Mudin Simanihuruk. Pengembangan Perkalian Jari Magic. Yogyakarta: ANDI, 2013.

Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Puastaka Belajar, 2011.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Rony Gunawan K. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:Terbit Terang, 2006.

Runtukahu,J.Tombokan dan Selpius Kandou. Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Rusman dkk. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Sudarwan Danim. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011.

Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009.

Wayan Nurkancana. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional, 1990), h.133

Zakiah Daradjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

[1] Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 1.

[2] Runtukahu,J.Tombokan dan Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 31.

[3] Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2009), h.32

[4] Rusman dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 7

[5] Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2012), h.104-105.

[6] Ibid,h. 108.

[7] Rusman dkk, Pembelajaran Berbasis…, h. 16.

[8] Ibid, h. 41.

[9] Ibid, h. 42.

[10] Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 2.

[11] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 37.

[12] Rony Gunawan K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya:Terbit Terang, 2006), h. 184.

[13] Ibid, h. 50.

[14] Jumardi Nasir, “Trik Memudahkan Penghitungan Perkalian Dengan Memanfaatkan Jari Tangan” dalam http://generasi46.blogspot.com/2013/05/trik-memudahkan-penghitungan-perkalian.html, diambil pada 10 Desember 2014, Pukul 20:21.

[15] Pathiyah, Wawancara. Rembige 6 Desember 2014

[16] Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 2.

[17] Mudin Simanihuruk, Pengembangan Perkalian Jari Magic (Yogyakarta: ANDI, 2013), h. 1

[18] M. Fajar Auliya, Jarimagic: Perkalian dan Pembagian (Yogyakarta: Pusaka Widyatama, 2012), h. 1

[19] Abdul Hafis, “Penelitian Tindakan Kelas Matematika”, dalam http://abdullahhafi.wordpress.com/2009/03/12/ptk-matematika/ diambil pada 10 Desember 2014, Pukul 08:48 WITA.

[20] M. Fajar Auliya, Jarimagic: Perkalian dan …, h. 10

[21] Ibid, h.10.

[22] Ibid, h. 12.

[23] Ibid, h. 10.

[24] Ibid, h. 10.

[25] Ibid, h. 10.

[26] Ibid, h. 12

[27] Kemendiknas, Permen No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, (Jakarta: Kemendiknas 2006), h. 416.

[28]Ibid, h. 417.

[29] Runtukahu,J.Tombokan dan Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika,…, h.46.

[30] Kemendiknas, Permen No 22 Tahun 2006 Tentang Standar,…, h. 422.

[31] Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009), h. 24

[32] Ibid, h. 58.

[33] Ibid ,h. 16.

[34] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 145

[35] Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 185

[36] Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Puastaka Belajar, 2011), h. 192

[37] Wayan Nurkancana. Evaluasi Hasil Belajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1990), h.133

[38] Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h. 79.

mengajar dan make up

Assalammu’alaikum Wr. Wb….
           Terlebih dahulu alangkah lebih baiknya jika aku memperkenalkan diri. Namaku Ika Hasanatun Nisa’ dan biasa dipanggil Ika. Aku adalah seorang mahasiswi aktif di Fakultas Tarbiyah atau Keguruan di salah satu PTN di Mataran Nusa Tenggara Barat. Kali ini aku akan berbagi sedikit pengalamanku tentang praktek mengajar dan kosmetik atau make up. Mungkin para pembaca bertanya-tanya dalam hati, “Apa Hubungannya ya praktek mengajar dengan kosmetik/Make up?”.  
     Jadi begini ceritanya para pembaca………..
           Pada saat libur semester genap, seperti biasa aku dan juga teman-teman 1 jurusan mendapatkan tugas rutin dari jurusan untuk melalukan praktikum mandiri di sekolah-sekolah. Kami dibekali sebuah surat dari jurusan sebagai surat pengantar praktikum. Tempat praktikum dipilih oleh masing-masing mahasiswa. Jadi pihak kampus hanya memfasilitasi surat izin saja yang digunakan sebagai surat pengantar untuk lokasi yang mahasiswa tuju. Sama seperti tahun sebelumnya saat libur semester 2 yang lalu, tahun ini aku putusakan untuk melaksanakan praktikum di kampung halamanku di Desa Tendas, Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Keputusan ini aku ambil karena memang waktu pelaksanaan praktikum dimulai sejak tanggal 14 Juli sampai dengan 31 Agustus 2014 yang bertepatan dengan bulan Ramadhan agar aku bisa melewati puasa dan merayakan lebaran bersama manusia-manusia tercinta. Ceritanya aku ini anak rantau gitu dech para pembaca he he he he   ( manusia-manusia tercinta itu adalah Lis Sugiantik(ibu), Ahmad Basofi Hendra Pradana (adik pertama/si manusia jail 14 tahun), Selly Zayyana Lutfi Amri & Sella Muhammad Lutfi Amri (adik kedua dan ketiga/si kembar 10 tahun), Desnia Nadiatul Khairo (adik keempat/si menyeng 6 tahun) dan Morgan Khoirul Akbar Maulana (adik kelima/si littel boy 2 tahun). Coba bayangkan pembaca hebohnya kalau kita berenam lagi kumpul dan berantem ala upin-ipin atau tom & jerry, he he he he    NEXT…
          Pada tahun ini aku memilih tempat yang sama yakni MI Islamiyah Tendas sebagai tempatku melaksanakan praktikum. “Ya MI….” aku adalah seorang calon guru MI. Alhamdulillah aku bisa diterima dengan tangan terbuka baik oleh Kepala Sekolah maupun guru-guru senior dan siswa-siswinya. Pagi-pagi sekali aku sudah mulai sibuk sendiri membersihkan rumah dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Aku pergi mengajar menggunakan pakaian yang sederhana namun tetap terlihat bersih, rapi dan dengan make up yang biasa-biasa saja. Walaupun begitu tetap terlihat anggun dan sedap dipandang oleh mata (mungkin karena faktor aura kecantikan alami yang terpancar dari pemakainya juga kali ya pembaca…. ha ha ha ha ha    😉 ). Pada tahun ini aku di tugaskan untuk membantu seniorku yang notabennya adalah guruku sendiri pada saat aku MI dulu. Hari pertama aku masuk mengajar aku sedikit gugup. Hal ini dikarenakan aku mengajar di kelas satu yang salah satu muridnya adalah adikku sendiri yaitu si Menyeng (kalau lupa si Menyeng itu siapa coba review paragraf yang sebelumnya ya pembaca… 😉  ). Pada saat aku akan memperkenalkan diri wah wah wah pembaca, “tau apa yang terjadi???”. Belum sempat aku mengeluarkan kata sedikitpun udah ada aja muridku yang nyeletuk “ mbak yu ne nia. mbk ika iku, mbak yu ne nia”. Sontak saja semua mata kompak memandang satu arah, yakni memandang adikku si Menyeng tercinta. Aku pun hanya bisa nyengir dan langsung ku perhatikan wajah si Menyeng. Disana sangat jelas aku lihat perasaan malu terpancar dari caranya bersikap.
Saat istirahat aku gunakan untuk mengobrol dan bercanda gurau dengan adek-adek baru ku. Ada Septi, Maulana, Rasya, Andiko dll (maaf ya pembaca bu gurunya nggak hafal satu-satu… heeee    ). Pada hari pertama sampai ketiga mereka masih sedikit malu-malu untuk berinteraksi, namun hari-hari berikutnya mereka sudah mulai terbiasa bahka dekat dan sangat akrab. Suatu hari disaat Aku sedang bersendau gurau dengan murid kelas 1 datanglah seorang siswi. Sebut saja si cantik. Saat Aku sedang bersendau gurai dia hanya mendekat dan menatapku tanpa mengatakan apa-apa, ku balas tatapan itu dengan melempar senyum manisku (hehehe narsis dikit pembaca). Waktu pun berlalu hingga bel berbunyi tanda waktu istirahat telah usai. Dia yang sedari tadi hanya menatapku kemudian memanggilku dan tiba-tiba berkata, “Jenengan kok Ayu leh bu…(Anda Cantik Bu)”. Aslinya pembaca aku sok dan agak melayang sejenak. Memang benar ya pembaca kalau anak-anak itu nggak bisa bohong… hahhahhahha   . Namun aku hanya mengucapkan terima kasih sambil melempar senyum untuknya, si Pemuji Kecilku. Padahal dalam hatiku ingin sekali aku berkata “Kamu tau aja dech…” hahahahhahha   (GUBRAAAAKKKKKK).
           Aku melaksanakan pratik di MI Islamiyah Tendas terhitung sejak tanggal 14 Juli sampai dengan 14 Agustus 2014. Karna beberapa alasan aku mengajukan izin untuk menyudahi praktikku di sini dan harus segera kembali ke Mataram. Akhirnya aku pun berangakat ke Mataram pada Tanggal 15 Agustus menggunakan alat transportasi udara. Ini adalah pengalamanku yang kedua mengudara di langit Surabaya-Lombok (cerita naik pesawatnya lain kali aja ya para pembaca…??? 
           Singkat cerita, tiba lah saat yang telah ku tunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan ngumpul dan ngerumpi bareng manusia-manusia MADSU, begitu lah panggilan akrab sahabat-sahabat hebring ku  (estt jangan salah dulu pembaca bukan MADSU masa depan suram ya….? tapi si MADSU_Masa Depan Sukses) hahhahha . Ngobrol ngalor-ngidul berbagi pengalaman setalah hampir 1 bulan setengah tak berjumpa. Dalam 1 hari saja sudah terasa 1 abad, bayangkan ini terpisah selama 1 bulan setengah. Betapa merindunya 1 sama lain (hahahahha agak lebay sedikit nggak papa ya…    😛 ). Selang beberapa melepas rindu dengan cipika-cipiki dan saling cubit mulai lah kita merumpi ngalor-ngidul tanpa arah, hingga akhirnya keluarlah pertanyaan pamungkas dari mulutku tentang pengalaman praktik mengajar. Mulai lah si MADSU-MADSU ini curcol. Ada yang curcol muridnya nakal, gak sopan, pokoknya macem deh. Diantara banyaknya cerita ada satu cerita yang menyadarkankau tentang hal yang sedikit terabaikkan. Ada seorang temanku bercerita sebut saja si A dan si B. Mereka berdua, si A dengan si B ini melaksanakan praktik mengajar di satu lokasi. Si A ini pembaca, orangnya lugu,sederhana dalam hal penampilan. Sedangkan si B ini termasuk modis mulai dari pakaian sampai make Up. Suatu hari berangkatlah mereka ke sekolah. Si A dengan pakaian sederhana dan dandanan yang sederhana (dimaksud sederhana disini pakai bedak atau make Up yang sewajarnya lah sebagai seorang wanita, hee  ). Sedangkan si B berdadan full make UP dan menggunakan eyeliner (bagi pembaca wanita mungkin sudah tak asing lagi ya…??). Kemudian di hari berikutnya si B tidak bisa mengajar dan titip izin sama si A.
          Pada waktu si A sedang berbincang-binang dengan siswa-siswi kelas 3, salah satu siswa pun menyeletuk. “Bu, mana Bu Guru Selak?”, tanya siswa tersebut. Sontak saja temenku yang namanya si A ini kaget dan hanya termenung kebingungan. Bagaimana tidak pembaca, kata “selak” jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti setan (hiiii horooorrr…). si A pun hanya terdiam sambil mencoba memahami pertanyaan murid tersebut, “Memangnya ada ya guru selak di sekolahan ini?. Hadduh serem banget sekolahan ini.” , pikirnya. Karena si A penasaran dia pun kembali bertanya kepada siswa tersebut untuk memperjelas siapaka guru selak yang dimaksudnya. “Itu lho bu Guru yang pake hitem-hitem di sininya (sambil menunjuk bagian kelopak mata).” , jawab siswa tersebut dengan lugunya. Sontak saja MADSU-MADSU yang lain termasuk aku tertawa mengetahui bahwa yang dimaksud dengan bu guru selak adalah temanku sendiri si B yang dandan dan menggunakan eyeliner saat mengajar. (untungnya pembaca, saat itu si B sedang tidak di tempat. Kalau ada pasti dia ngambul. Hahhahhahha  ).
             Dari sana lah aku mendapat pelajaran yang sangat sederhana namun sering sekali terlupakan. Tak perlu make up yang terlalu tebal untuk menjadi wanita cantik yang sesungguhnya. Cukup dengan dandanan yang sederhana dan memacarkan aura positif. Apalagi untuk menjadi seorang guru. penampilan menarik memang tetap dibutuhkan untuk menjadi guru. Namun harus tetap memperhatikan objek yang ingin kita tarik perhatiaannya. Dari sini aku belajar, tak perlu dadanan wau untuk menarik hati anak-anak yang masih begitu lugu dalam berfikir. Kau hanya perlu keramahan dalam tutur katamu, keindahan dalam tingkahmu, dan ketulusan dalam hatimu.

    Sekian dulu ya ceritanya… besok kita lanjut Lagi dicerita-cerita pengalamanku yang lain. Wassalammu’alaikum wr.wb….

strategi pembelajaran IPS

TUGAS MENYUSUN STRATEGI PEMBELAJARAN

 

Tema                         : Proklamasi Kemerdekaan                                                  Mata Kuliah                  : Pembelajaran IPS MI

Mata Pelajaran        : Ilmu Pengetahuan Sosial                                                     Dosen Pengampu            : Nursyamsiah, M.Pd

Kelas/ Semester       : V/ II

Nama Mahasiswa     : Ika Hasanatun Nisa’

NIM                           : 151129145

No

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi/ Sub-sub pokok Bahasan

Strategi Pembelajaran

 

Penilaian

1.

Menghargai perjuangan para tokoh dalam mem-pertahankan kemerdekaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Siswa dapat menjelaskan perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mampu mengidentifikasi tokoh yang terlibat di dalamnya.
  2. Siswa mampu menjelaskan teladan yang didapatkan dari kisah perjuangan para pahlawan
  3. Siswa mampu menuliskan cara mengenang dan mengahargai jasa pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.

–        Perjuangan para tokoh me mpertahankan kemerdekaan Indonesia.

–        Teladan yang dapat di ambil dari cerita perjuangan tokoh melawan kemerdekaan Indonesia

–        Cara mengenang dan menghargai/menghormati jasa pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

 

 

 

 

 

 

Dikusi dan Mengikuti Suara Bukan Mengikuti Gerakan

Diskusi

–   Alat yang digunakan: buku paket siswa dan kertas folio bergaris.

  1. Guru menjelaskan secara singkat tentang macam-macam perjungan pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
  2. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah yang sama.
  3. Masing-masing kelompok diberikan waktu yg sama untuk mendiskusinya materi sesuai dengan bagian masing-masing.
  4. Masing-masing perwakilan kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi.

Mendengar Suara Bukan Mengikuti Gerakan

–   Alat yang digunakan: Sebuah Peta Konsep tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia,gulungan kertas (berisi pendeskripsian konsep yang telah disediakan), spidol & papan tulis.

–   Cara pelaksanaan:

  1. Guru memberikan pengantar singkat tentang teknik pelaksanaan.
  2. Guru mulai memberikan aba-aba, namun aba-aba tersebut tidak sesuai dengan gerakan tubuh. Misalnya guru memberikan aba-aba hidung tapi memegang telinga.
  3. Setiap siswa yang salah dalam mengikuti aba-aba maju didepan kelas menganmbil sebuah gulungan yang telah disiapkan oleh guru sebelumnya.
  4. Siswa mengidentifikasi tokoh-tokoh, tanggal, tempat dan lain sebagainya dalam pedeskripsian sesuai dengan konsep yang telah disediakan kemudian menempelnya di bawah konsep. Misalnya pendeskripsian tentang peristiwa Bandung Lautan Api, maka siswa mengidentifikasi tokoh,tempat dan tanggal sesuai dengan materi yang sudah dibahas sebelumnya. Kemudian mereka menempel pendeskripsian itu di tempat yang telah disediakan.
  5. Tehnik ini diulangi beberapa kali hingga materinya habis atau sudah terselesaikan.
  6. Jika pendeskripsian peta konsep telah selesai, maka bisa diganti dengan materi bahasan mengenai sikap atau teladan-teladan dari kisah perjuangan pahlawan dan cara mengingat dan menghargai jasa pahlawan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya siswa yang salah harus maju menuliskan atau menyebutkan cara untuk mengingat dan menghormati jasa pahlawan.
  7. Setalah itu, guru memeberikan refleksi hasil belajar hari itu yang bisa dijadikan sebagai penguatan.
  8. Lisan
  9. Unjuk kerja (kelompok)
  10. Tertulis
  11. Pengamatan Secara Langsung.
 

 

 

PROSES INTERNALISASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MI

PROSES INTERNALISASI NILAI DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MI

O

L

E

H

IKA HASANATUN NISA’

151129145

 

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADARASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

MATARAM

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama, khususnya Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa dan akhlak mulia. Dengan demikian materi pendidikan agama bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja.

Jika kita cermati pada keadaan sekarang ini Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah, dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Seperti halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah saat ini masih sebatas sebagai proses penyampaian “pengetahuan tentang Agama Islam”. Tidak hanya itu, semakin tingginya tingkat kenakalan dan kerusak moral para peserta didik menjadi bukti bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam, terutama pembelajaran Aqidah Akhlak yang menyangkut pembentukan Akhlak peserta didik hanya terjadi sebatas transfer ilmu atau bisa dikatakan pembelajarannya berorientasi pada penyampaian tentang konsep-konsep Agama Islam. Belum menyentuh pada internalisasi nilai-nilai Agama yang ada di dalamnya ke dalam jiwa peserta didik.

Dalam upaya untuk merealisasikan pelaksanaan pendidikan agama Islam, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang memadai dan teknik-teknik mengajar yang baik agar ia mampu menciptakan suasana pengajaran yang efektif dan efisien atau dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan sedikit dipaparkan tentang proses internalisasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak khususnya di MI.

B. RUMUSAN MASALAH

  1. Apa yang dimaksud dengan proses internalisasi?
  2. Nilai-nilai apa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak yang harus di internalisasikan?
  3. Bagaimana proses internalisasi nilai dalam pembelajaran Aqidah Akhlak MI dan tahap-tahap dalam internalisasi nilai?
  4. Upaya apa saja yang bisa dilakukan dalam menginternalisasikan niali-nilai dalam pembelajaran Aqidah Akhlak?

C. TUJUAN PENULISAN

  1. Untuk menngetahui pengertian proses internalisasi.
  2. Untuk menganalisi nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran Aqidah Akhlak yang harus di internalisasikan.
  3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai penerapan Internalisasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MI dan tahapan-tahapan dalam internalisasi nilai.
  4. Untuk mengetahui upaya-upaya alternatif yang bisa dilakukan untuk menginternalisasikan nilai-nilai dalam pembelajaran Aqidah Akhlak.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

PROSES INTERNALISASI DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MADRASAH IBYIDAIYAH (MI)

A. Pengertian Proses Internalisasi.

Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran-sasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya.[1]

Jadi teknik pembinaan agama yang dilakukan melalui internalisasi adalah pembinaan yang mendalam dan menghayati nilai-nilai relegius (agama) yang dipadukan dengan nilai-niali pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Dalam kerangka psikologis, internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan sikap, standart tingkah laku, pendapat dan seterusnya di dalam kepribadian.

Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai. Upaya dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya tersebut adalah dengan metode pembiasaan di lingkungan sekolah. Metode pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah, kegiatan-kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam kepada peserta didik.

B. Nilai-nilai dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak.

Jika kita membicarakan tentang nilai-nilai yang akan atau harus di internalisasikan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak MI, maka secara ptpmatis kita akan merujuk pada dua aspek pengajaran yang ada dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Kedua pengajaran tersebut adalah pengajaran Aqidah dan pengajaran Akhlak. Adapun rincian keduanya adalah sebagai berikut:

1. Pengajaran Aqidah.

Yang dimaksud denga aqidah dalam bahasa Arab, menurut etimologi adalah ikatan atau sangkutan. Dalam pengertian teknis aqidah dapat diartikan sebagai iman atau keyakinan. Kedudukannnya menjadi sangat fundamental karena iman atau tauhid menjadi inti dari segala aspek.

Adapun nilai-nilai yang tergambar dalam pengajaran aqidah ini adalah rukun iman, yaitu:

  1. Iman kepada Allah.
  2. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah.
  3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
  4. Iman kepada Rasul Allah.
  5. Iman kepada hari Akhir.
  6. Iman kepada qada’ dan qadar.[2]

2. Pengajaran Akhlak.

Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa, yang berarti perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimo;ogi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem penilaian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) akhlak identik maknanya dengan pekerti atau budi pekerti. Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasan. Dalam pengajaran Akhlak ada dua nilai yang kita kenal. Yakni Akhlak tercela dan Akhlak terpuji. Dalam hal ini tentu nilai yang berusaha kita internalisasikan dalam diri peserta didik kita adalah nilai yang berkaitan dengan akhlak terpuji (Akhlakul Kharimah). Contoh-contoh akhlakul kharimah adalah:

  1. Akhlak yang berhubungan dengan Allah; mentauhidkan Allah, taqwa, berdoa, tawakka.
  2. Akhlak terhadap diri sendiri; sabar, syukur, tawadhu’ (rendah hati), jujur dan amanah.
  3. Akhlak terhadap keluarga; Birrul Walidain, adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga.
  4. Akhlak terhadap masyarakat; tolong-menolong, adil, pemurah, ukhuwah atau persaudaraan, pemaaf, menepati janji, musyawarah.

Akhlak dapat dididikan atau ditanamkan melalui dua pendekatan, yaitu:

1. Rangsangan-jawaban (stimulus-renspon) atau yang disebut proses mengkondisi sehingga terjadi automatisasi dan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1)     Melalui latihan;

2)     Melalui tanya jawab;

3)     Melalui contoh.

2. Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

1)     Melalui da’wah;

2)     Melalui ceramah;

3)     Melalui diskusi, dan lain-lain.[3]

Pengajaran aqidah dan akhlak dalam pembelajaran aqidah akhlak tentu harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan pola pikir siswa atau peserta didik. Penerapan pengajaran aqidah dan akhlak di MI masih sangat lah sederhana. Konsep-konsep tnetang nilai diatas pun masih sangat sederhana. Misalanya saja tentang iman kepada Allah, penerapannya baru sampai pada mengenal asmaul husna dan sifat-sifat Allah. Iman kepada malaikat-malaikat Allah baru sampai pada tahap mengenal nama-nama dan tugasnya. Penerapan pengajaran akhlak pun masih sangat sederhana. Mengenal macam-macam akhlak yang terpuji dan tercela, pembeiasaan berakhlakul kharimah dan lain-lain.

C. Proses Internalisasi dan Tahapan dalam Menginternalisasikan Nilai.

Proses pembelajaran Aqidah Akhlak atau umumnya pengajaran agama dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan bahan atau materi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Perubahan tingkah laku siswa setelah menerima dan mengikuti pembelajaran dinamakan dengan hasil belajar.

Hasil belajar atau bentuk perubahan yang diharapakan meliputi tiga aspek, yaitu: pertama aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua adalah aspek afektif,meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Dan yang ketiga adalah aspek psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.[4]

Jika kita membahas tentang proses internalisasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, maka secara tidak langsung kita akan mebicarakan hasil belajar dalam aspek afektif. Karena aspek afektif merupakan aspek yang bersangkutan dengan sikap mental, perasaan dan kesdaran siswa dan hasil belajar pada aspek ini diperoleh melalui proses internalisasi.

Hasil belajar dalam aspek ini terdiri dari lima tahapan. Kelima tingkatan tersebut adalah:

  1. Penerimaan

Yang dimaksud dengan penerimaan adalah kesediaan siswa untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh terhadap bahan pelajaran tanpa melakukan penilaian, berperasangka, atau menyatakan sesuayu sikap terhadap pengajaran tersebut. Penerimaan mencakup:

a. penyadaran, aritnya siswa menyadari akan segala sesuatau yang sedang diberikan, sehingga ia menarik perhatian penuh terhadapnya, termasuk ke dalam:

1)     mengembangkan kesadaran itu, sehinnga ia merasa bahwa bahan pelajaran yang diberikan itu diperlukan baginya.

2)     Mengamati perbedaan-perbedaan yang terdapat di dalam bahan, dari yang sederhana hingga yang kompleks.

b. kemauan untuk menerima, artinya siswa bersikap mau menerima berbagai kenyataan dalam pengajaran agama.

1)     Dapat menerima berbagai pendapat, sikap, aliran atau mazhab.

2)     Mengembangkan saling pengertian, kerukunan dalam hidup beragama.

c. perhatian yang terarah, artinya setelah siswa memiliki persepsi,perhatiannya terarah kepada sesuatu rangsangan tertentu yang baru, misalnya:

1)     Tetap dapat mendenganrkan atau menikmati pembicaraan Al-Qur’an, walaupun dengan qiraat, lagu dan suasana yang berbeda-beda.

2)     Perhatiannya terarah kepada sesuatu yang baru dalam pembacaan itu dan menyimak serta mengenalinya.

  1. Memberikan renspon dan jawaban.

Berkenaan dengan renspon-renspon yang terjadi karena menerima atau mempelajari suatu materi. Dalam hal ini siswa diberi motivasi agar menerima secara aktif, ada partisipasi atau keterlibatan siswa dalam menerima pelajaran yang merupakan pangkal dari belajar sambil berbuat. Jawaban ini mencakup:

a. Persetujuan untuk menjawab, artinya siswa berkemauan untuk menyesuaikan diri dan mengamati berbagai ajaran agama islam.

b. Keikut sertaan dalam menjawab, artinya ikut serta dengan kemauan sendiri dlam berbagai kegiatan keagamaan dan tahu bilamana harus diam atau ikut bicara menyumbangkan pikiran.

c. Keputusan dalam menjawab, artinya siswa dpat memilih dan menemukan kepuasan dalam melakukan berbagai kegiatan dan senang terhadap kebajikan dan keindahan yang sesuai dengan ajaran agama islam.

3. Penialaian

Penilaian di sini menunjuk pada asal artinya, yaitu bahwa sesuatu memiliki nilai atau harga. Dalam hal ini, tingkah laku siswa dikatakan bernilai atau berharga, jika tingkah laku itu dilakukan secara tetap atau konsisten. Penilaian mencakup:

  1. Penerimaan suatu nilai, berarti siswa merasa bertanggung jawab mendengarkan pelajaran agam dan mengikuti segala kegiatan-kegiatannya.
  2. Pemilihan suatu nilai, artinya dengan memilih suatu nilai, maka yang bersangkutan:

1)     Dapat mendorong siswa-siswa lain agar menaruh perhatian terhadap pelajaran agama.

2)     Berminat, yang memungkinakan siswa lain merasa senang dan puas atas apa yang diminatinya.

3)     Mau berusaha meningkatkan pelaksanaan ajaran-ajaran agama.

3. Pertanggungan jawab untuk meningkatkan diri atau menjadi peringatan bagi diri sendiri, yang ternyata dari perbuatannya:

1)     Bersikap loyal kepada teman dan keluarganya serta masyarakat di mana tempat ia menjadi anggotanya.

2)     Secara aktif melakukan perintah agama dan meninggalkan larangan-Nya di mana pun ia berada.

3)     Dapat menggunakan akal sehat di bawah tuntunan wahyu Ilahi dalam setiap usaha kegiatan atau dalam musyawarah.

  1. Pengorganisasian nilai.

Untuk memiliki sesuatu nilai atau sikap diri yang tegas jelas terhadap sesuatu harus dilalui proses pilihan terhadap berbagai nilai-nilai yaang sama-sama relevan diterapkan atas sesuatu tersebut. Di sinilah kebutuhan akan kemampuan siswa untuk: pertama, mengorganisasikan nilai-nilai ke dalam suatu sistem, kedua menetapkan saling hbungan antar nilai-nilai dan ketiga menentukan mana yang dominan dan mana yang kurang dominan. Dengan singkatnya, siswa memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan nilai-nilai. Pengorganisasian mencakup:

  1. Konseptualisasi suantu nilai:

1)     Siswa berkehendak untuk menilai sesuatu yang dihadapkan kepadanya atau sesuatu yang disadarinya.

2)     Siswa mampu menemukan dan mengkristalisasikan kaidah-kaidah etika islam secara tepat.

2. Menata sesuatu sistem nilai:

Siswa mampu menimbang berbagai alternatif (pilihan), baik sosial, politik maupun ekonomi, sehingga membangun sistem nialai pribadi yang memberikan keuntungan dan manfaat bagi kepentingan diri, keluarga dan kehidupan masyarakat islam.

  1. Karakterisasi dengan suatu nilai.

Pada tingkatan ini internalisasi telah menjadi matang. Sehingga menyatu dengan diri. Artinya nilai-nilai itu sudah menjadi milik dan kedudukannya telah kokoh sebagai watak atau karakter dari pemiliknya, dan mengendalikan seluruh tingkah laku dan perbuatannya. Karakterisasi mencakup:

  1. Perangkat yang tergeneralisasi:

1)     Siswa bersedia untuk mengubah dan memperbaiki penilaian dan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan kebenaran ajaran islam dalam keadaan bagaimanapun ia berada.

2)     Siswa dapat menerima kebenaran yang datangnya dari mana pun juga dan merasa puas serta tentram jiwanya dengan memiliki iman, islam dan ihsan sebagai pandangan hidupnya.

  1. Karakterisasi:

1)     Siswa mampu secara nyata mendukung (drager) ajaran islam, sehingga selaras, serasi dan seimbang dalam iktikad, ucapan dan perbuatan sehari-hari.

2)     Siswa dapat mengembangkan kepribadiannya dalam segala segi kehidupan masyarakat dengan penuh kesadaran sebagai seorang muslim yang senantiasa meningkatkan ketaqwaannya untuk mencapai keridhaan Allah SWT semata-mata.[5]

D. Upaya Yang Dapat Dilakuakan Untuk Menginternalisasikan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Aqidah Akhlak MI.

Upaya untuk mewujudkan ciri khas Agama Islam sekaligus sebagai upaya dalam menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran Aqidah Akhlak adalah dengan menciptakan suasana keagamaan di lingkungan sekolah atau madrasah. Suasana keagamaan tersebut bukan hanya makna simbolik tetapi lebih jauh dan dalam yakni berupa penanaman dan pengembangan nilai-nilai religius oleh setiap tenaga pendidikan kepada peserta didik. Dalam penciptaan suasana keagaman di sekolah ini mencerminkan metode pemebalajaran pembiasaan, teladan, dan praktik. Selain itu juga memerlukan dukungan sarana dan prasarana sekolah atau madrasah yang memadai dan tentunya masyarakat sekitar.

Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam upaya penciptaan suasana keagamaan di lingkungan sekolah atau madrasah adalah sebagai berikut:

  1. Mengenalkan kepada peserta didik semua perangkat tata nilai, institusi yang ada dalam masyarakat serta peran yang harus dilakukan berdasarkan status yang dimiliki masing-masing individu yang ada dalam lembaga tersebut.

Setelah peserta didik mengenal semua perangkat nilai, institusi dan peran yang ada, maka mereka dilatih agar membiasakan diri dengan tata nilai dalam lingkungan yang terbatas. Madrasah tempat peserta didik menjalani proses sosialisasi hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik dapat mengenal, menghayati, dan melaksanakan sendiri apa yang seharusnya dikerjakan. Dengan demikian, setiap peserta didik telah dibekali dengan pengetahuan, pengahayatan, dan sekaligus pengalaman yang dapat membentuk kepribadiannya.

  1. Mengupayakan agar setiap tenaga kependidikan bersikap dan berprilaku sesuai dengan ajaran islam.

Sikap dan perilaku Islam yang demikian dimulai dari kepala sekolah, para pendidik dan semua tata usaha dan masyarakat yang ada disekitar sekolah. Setelah itu peserta didik harus mengikuti dan membiasakan diri dengan sikap dan perilaku Islam. Hubungan dan pergaulan sehari-hari antara pendidik dengan pendidik, antara peserta didik dengan pendidik dan seterusnya, juga harus mencerminkan kaidah-kaidah pergaulan Islami.

  1. Menciptakan hubungan yang islami dalam bentuk rasa saling toleransi (tasaamuh), saling menghormati (takaaruh), saling menyayangi (taraahuni), saling membantu (ta’aawun) dan mengakui akan eksistensi masing-masing, mengakui dan menyadari akan hak dan kewajiban masing-masing.
  2. Menyediakan sarana pendidikan yang diperlukan dalam menunjang terciptanya ciri khas agama Islam. Sarana pendidikan tersebut antara lain:

a. Tersedianya mushalla/masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan aktivitas peserta didik.

b. Tersedianya perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku dan berbagai disiplin, khususnya mengenai keislaman.

c. Terpasangnya kaligrafi ayat-ayat dan hadis nabi kata hikmah tentang semangat belajar, pengabdian kepada agama, serta pembangunan nusa dan bangsa.

d. Terpeliharanya suasana sekolah yang bersih, tertib, indah dan aman serta tentanam rasa kekeluargaan.

5. Adanya komitmen setiap warga madrasah menampilkan citra Islami, antara lain:

a. Cara dan pilihan model pakaian setiap tenaga kependidikan memakai pakaian yang sopan dan rapi mempertimbangkan aturan agama dalam berpakaian.

b. Tata cara pergaulan yang sopan mencerminkan sikap akhlakul karimah di kalangan warga madrasah.

c. Disiplin dengan waktu dan tata tertib yang ada, sehingga dapat menumbuhkan sikap hormat dari pendidik dan masyarakat terhadap tenaga kependidikan.

d. Tata beribadah menjalankan syariat agama dan diharapkan terbiasa untuk memimpin upacara keagamaan bukuan saja di lingkungan sekolah, tetapi juga di luar sekolah/madrasah.

e. Memiliki wawasan pemikiran yang luas, sehingga dalam menghadapi heterogenitas paham dan golongan agama tidak bersikap sempit dan fanatik.

6. Melakukan pendekatan terpadu dalam proses pembelajaran dengan memadukan secara serentak pendekatan. Pendekatan terpadu itu meniputi pendekatan:

a. Keimanan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk.

b. Pengalaman memberikan peluang kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhlak dalam kehidupan.

c. Pembeiasaan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah dengan cara melatih diri untuk itu.

d. Rasional memberikan peran pada rasio (akal) peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar yang berkenaan dengan tindakan baik dan buruk yang ada dalam kehidupan di dunia.

e. Emosional, merupakan upaya menggugah emosi peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesui dengan agama dan budaya bangsa.

f. Fungsional, menyajikan materi-materi ajaran-ajaran yang berguna dalam kehidupan peserta didik.

g. Keteladanan, menjadikan sesama tenaga kependidikan sebagai figur idenifikasi atau uswatun hasanah bagi peserta didik.

7. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat terciptanya suasana keagamaan berupa:

a. Doa bersama sebelum memulai dan sesudah selesai kegiatan belajar-mengajar (KBM).

b. Tadarus Al-Qur’an (secara bersama-sama atau bergantian) selama 15-20 menit sebelum waktu belajar ja, pertama dimulai. Tadarus Al-Qur’an dipimpin oleh pendidik yang mengajar pada jam pertama.

c. Shalat Dzuhur berjamaah dan kultum (kuliah tujuh menit), atau pengajian/bimbingan keagamaan secra berkala.

d. Mengisi perinagatan hari-hari besar keagamaan denga kegiatan yang menunjang internalisasi nilai agama, dan menambah ketaatan beribadah.

e. Mengintensifkan praktik ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah sosial.

f. Melengkapi bahan kajian mata pelajaran umum dengan nuansa keislaman yang relevan dengan nilai-nilai agama/dalil nash Al-Qur’an tau hadist Rasulullah SAW.

g. Mengadakan pengajian kitab di luar waktu terjadwal. Mengembangkan semangat belajar, cinta tanah air, dan mengagungkan kemuliaan agamanya. Menjaga ketertiban kebersihan dan keindahan secara bersama dan berkelanjutan baik oleh tenaga kependidikan maupun oleh peserta didik.[6]

Dalam kehidupan sehari-hari pembeiasaan itu merupakan hal yang penting, karena banyak kita lihat orang berbuat dan bertingkah laku hanya karena kebiasaan. Rasulullah sendiri telah memrintahkan kepada para pendidik agar mereka mmenyuruh anak-anak mereka mengerjakan shalat, tatkala berumur tuju tahun. Hal ini berdasakan hadits nabi yang artinya “Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat, ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan mengerjakan kalau mereka sudah berumur 10 tahun, dan pisahkan antara mereka ketika mereka tidur”. (H.R. Muslim)[7]

Pada dasarnya untuk menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran Aqidah Akhlak MI adalah pengajaran dengan tauladan yang baik dan prinsip pembiasaan. Bahkan kedua prinsip tersebut telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

  1. Proses internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan orang tua atau yang bertanggung jawab atas perkembangan dan perilaku anak.
  2. Nilai yang terkandung dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di MI ada dua yakni nilai Aqidah yang berhubungan dengan kepercayaan dan niali Akhlak yang berhubungan denga prilaku atau tingkah laku.
  3. Prosed internalisasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sangat erat kaitannya dengan hasil belajar aspek afektif. Adapun tahapannya ada lima yakni penerimaan, pemberian renspon atau jawaban, penilaian, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi dengan suatu nilai.
  4. Upaya yang dapat dilakukan untuk menginternalisasikan nilai yang terkandunga dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak adalah dengan menciptakan suasana kegamaan dalam lingkungan sekolah/madrasah. Dalam melakukan upaya tersebut di dalamnya tercerminkan beberapa macam metode antara lain metode pembiasaan, metode teladan, dan metode praktik. Selain itu upaya ini juga harus didukung denga saran yang memadai dan msyarakat sekitar lingkungan sekolah/madrasah.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu & Noor Salim.2008.Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.Jakarta: Bumi Karsa

Ali, Mohammad Daud.2011.Pendidikan Agama Islam.Jakarta: RajaGrafindo Jaya

Daradjat, Zakiah,dkk.2011.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. CET ke-4. Jakarta: PT Bumi Aksara

DEPDIKBUD.1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka          

Fathurrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno.2011.Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Refika Aditama

Ramayulis.2005.Metodologi Pendidikan Agama Islam.CET ke-4,edisi revisi. Jakarta: Kalam Mulia

 

[1] DEPDIKBUD,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,1989) hlm 336.

[2] Ali, Mohammad Daud, pendidikan agama islam, (Jakarta:RajaGrafindo Jaya,2011), hlm 201

[3] Ahmadi, Abu & Noor Salim, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Bumi Karsa,2008) hlm 199

[4] Zakiah Daradjat,dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : PT Bumi Aksara,cet.5, 2011), hlm 197

[5] Ibid, hlm 201-205

[6] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, cet.4, 2005), hlm 156-159.

[7] Fathurrohman, Pupuh & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:Refika Aditama), hlm 141

MEMORI, LUPA DAN TRANSFER BELAJAR

MEMORI, LUPA DAN TRANSFER BELAJAR

O

L

E

H

♣ IKA HASANATUN NISA’ ♣

Gambar

                                                    IKA NISA_INGEST

 

 

 

 

 

 

Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia, yang terdiri dari trilyunan sel yang memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Yang mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar. Kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar sekalipun. Tapi sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.

Manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat berceritera, maka makin banyak perubahannya.

  1. Apakah definisi lupa itu ?
  2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi lupa itu ?
  3. Bagaimanakah cara mengurangi lupa itu ?
  4. Apakah definisi memoriy itu ?
  5. Apa sajakah faktor-faktor memoriy itu ?
  6. Apa sajakah teori-teori lupa itu ?
  7. Bagaimanakah cara atau usaha untuk meningkatkan kemampuan memoriy itu ?.
  8. Apakah definisi transfer belajar itu ?
  9. Apa saja teori-teori trasfer belajar itu ?
  10. Apa saja macam-macam transfer belajar itu ?
  11. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi adanya transfer belajar itu ?

 

PEMBAHASAN

MEMORI, LUPA DAN TRANSFER BELAJAR

MEMORI

A. Definisi (pengertiann) Memori)

Memori merupakan simpanan informasi – informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.

Memori atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :

  1. Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM) ialah temppat menyimpan informasi yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang labih pendek. Ada 2 cara untuk meningkatkan STM, yaitu:
  2. Rehearsal : adalah pengulangan informasi secara sadar sebagai usaha untuk mempertahankan informasi dalam STM.
  3. Encoding : adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks).
  4. Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM) ialah gudang tempat menyimpan informasi untuk masa yang cukup lama.

B. Teori-Teori Memori

Teori yang paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti berikut :

  1. Enconding adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang  dapat diingat. Enconding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks). Proses pengubahan informasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu : Tidak Sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh indera    dimasukkan dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya. Sengaja,yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahun ke dalam ingatannya.
  1. Storage adalah penyimpanan apa yang telah diproses dalam enconding tersebut. Proses ini disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori jangka pendek, atau memori jangka panjang). Setiap proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak dalam diri seseorang dan jejak ini akan disimpan sementara dalam ingatannya. Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal penting yang dapat dicata, yaitu interval atau jarak waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali.
  2. Retrieval adalah pemulihan kembali apa yang telah disimpan sebelumnya. Proses mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali. Hilgrad (1975) menyebutkan tiga jenis proses mengingat, yaitu :

        a. Recall yaitu mengeluarkan bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues.

        b. Recognition yaitu mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya. Contohnya Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada.

        c. Redintegrative yaitu proses meningat dengan menghubungkan berbagai informasi menjadi suatu cerita yang cukup lengkap. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misalnya Susilo Bambang Yudhoyono (presiden RI), maka akan teringat banyak hal tentang tokoh tersebut.

C. Faktor yang mempengaruhi Memori

Proses mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, antara lain adlah sebagai berikut:

  1. Faktor Individu suatu Proses mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran memiliki kondisi Fisik dan kesehatan yang baik.
  2. Faktor Sesuatu yang Harus di Ingat adalah sesuatu yang memiliki organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai keterkaitan dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup kuat.
  3. Faktor Lingkungan proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari adanya gangguan-gangguan.

D. Usaha-Usaha Meningkatkan Kemampuan Memori

Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:

  1. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Karena proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah.
  2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya.
  3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.

LUPA

A. Pengertian Lupa

Kata lupa adalah kata yang tidak asing dalam masyarakat. Bahkan fenomena lupa menjadi fenomena yang sudah biasa atau sering terjadi dalam masyarakat. Fenomena lupa ini dapat terjadi pada siapapun, tak peduli orang itu remaja, orang tua, guru, pejabat, professor tak terkecuali anak-anak. Di lingkunagan sekolah, lupa dianggap sebagai gejala yang menyedihkan yang seharusnya tidak ada, namun mau tak mau harus dihadapi. Kadang kala guru merasa frustasi, karena anak didiknya lupa akan bahan pelajaran yang telah diajarkan.

Dalam proses belajar, lupa kerap kali dialami dalam bidang belajar kongnitif. Di mana anak harus belajar verbal atau belajar menggunakan bahasa. Oleh karena itu, penjelasan guru secara verbal cenderung mudah dilupakan. Kadang-kadang kita mencoba untuk mengingat sesuatru dari iingatan jangka panjang dan merasa seolah-olah kita hamper mengingattnya, tetapi tidak ingat sepenuhnya. Hal ini biasa disebut dengan istilah lupa-lupa ingat. Istilah lupa-lupa ingat sangat berbeda dengan istilah lupa-lupaan dan melupakan. Dalam istilah lupa-lupaan dan melupakan menganduk unsure kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti samar-samar antara lupa dan ingat. Hal ini bisa disebabkan oleh kerancuan struktur kongnitif yang akan menakhibatkan sejumlah kesan atau informasi menjadi samar-samar, kesan tersebut berbentu bayang-bayang ketidakpastisn.

  1. Perbedaan Lupa dengan Hilang

Kerap kali masayarakat salah menartikan kata lupa dan hilang. Mereka beranggapan lupa dan hilang adalah kata yang memiliki makna yang sama. Lupa ialah keadaan di mana seseorang tidak bisa mengingat informasi-informasi yang ada dalam memoring otaknya. Namun bukan berarti informasi tersebut hilang tanpa bekas. Melaikan bisa diingat atau panggil kembali jika diperlukan. Dengan kata lain informasi-informasi atau kesan-kesan sebagai buah dari pengalaman belajar tidak pernah hilang, hanya saja kesan-kesan itu mengendap dalam alam bawah sadar. Dan bila diperlukan kesan-kesan atau informas-informasi tersebut dapat terangkat ke alam sadar kita. Penggalian kesan-kesan atau informasi-informasi bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan mengandalkan konsentrasi. Jadi, lupa bukan berarti hilang. Sesuatu yang terlupan bukan hilang dari memori otak. Melaikan masih dimiliki dan tersimpan di dalam alam bawah sadar. Sedangkan sesuatu yang hilang benar-benar sudah tidak tersimpan dalam memori otak.

Hilangnya informasi dari memori otak atau dari ingatan disebabkan oleh dua hal, yakni gangguan dan waktu. Jadi adanya upaya mengingat hal-hal yang baru dapat menggeser hal-hal yang lama. Dan akhirnya hal tersebut akan hilang atau lenyap tanpa bekas karena usangnya waktu. Selain itu ada dua ganngguan yang dapat mengakhibatkan lupa, baik itu dalam ingatan jangka pendek ataupun ingatan jangka panjang. Yang pertama adalah “inhibisi retroaktif” yaitu bila informasi-informasi yang baru menyulitkan orang untuk mengingat kembali informas-informasi lama. Dan yang kedua adalah “inhibisi proaktif” yaitu bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru.

  1. Teori-Teori Lupa.

Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada beberapa teori tentang lupa, antara lain yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, dan motivated forgetting. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.

a. Decay theory

Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.

b. Teori interferensi

Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.

Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini. Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.

c. Teori retrieval failure

Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.

d. Teori motivated forgetting

Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.

B. Factor-faktor Penyebab Lupa

Para tokoh sepakat bahwa lupa bukanlah masalah yang sederhana dan berdiri sendiri. Mereka meyakini bahwa ada beberapa factor yang dapat menyebabkan seseorang lupa terhadap sesuatu yang telah dimilikinya. Walaupun berbeda pendapat dalam memberikan pandangan tentang factor-faktor yang menyebabkan lupa. Namun pada hakekatnya perbedaan pandangan tersebut tidak perlu dipertentangkan, karena memang setiap orang memiliki pemikiran dan sudut pandang yang berbeda dalam memandang menyelesaikan suatu persoalan. Berikut ini adalah beberapa tokoh yang memberikan pandangannya mengenai factor-faktor yang dapat menyebabkan lupa.

vFactor yang menyebabkan lupa menurut Ngalim Purwanto adalah sebagai berikut:

–        Karena apa yang dialami atau informasi dan kesan yang diperoleh sebagai hasil dari pengelaman belajar tidak pernah dipergunakan lagi.

–        Adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena gejala-gejala/isi jiwa yang lain.

–        Represi atau tekanan.

vFactor penyebab lupa menurut Muhibbin Syah adalah:

–        Perubahan situasi dan lingkungan.

–        Perubahan sikap dan minat. Misalnya seorang anak didik akan lebih mudah mengingat jika ia berminat atau suka dengan mata pelajaran tertentu entah itu karena guru atau lain hal.

–        Perubahan urat saraf otak. Hal dimaksudkan seperti gagar otak yang tentunya akan menyebabkan seseorang kehilangan ingatan yang ada dalam memori otaknya.

–        Kerusakan informasi sebelum masuk kememori. Informasi yang rusak itu tidak hilang dan tetap diproses oleh system memori otak seseorang tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.

vFactor penyebab lupa menurut pandangan W.S Winken adalah:

–        Gejala lupa disebabkan berkas-berkas ingatan yang tidak dipergunakan dengan berlanhsungya waktu mengalami proses penghapusan yang mengakhibatkan ingatan menjadi kabur dan lama-kelamaan hilang.

–        Interferensi, yaitu gangguan dari informasi yang baru masuk ke dalam ingattan terhadap informasi yang telah tersimpan di situ, seolah-olah informasi yang lama tergeser dan kemudian lebih sukar untuk diingat.

–        Adanya motif-motif tertentu sehingga seseorang itu melupakan sesuatu. Misalnya kejadian atay peristiwa yang yang tidak menyenangkan.

C. Kiat Mengurangi Lupa

Siapapun tidak akan mampu membendung kahadiran lupa secara keseluruhan. Menghilangkannya juga merupakan suatu hal yang mustahil. Mengurangi proses terjadinya lupa adalah salah satu upaya yang masuk akal dan dapat dipercaya kebenarannya. Fenomena lupa pada peserta didik, pada prinsipnya dapat dicegah sekecil mungkin bila mata pelajaran yang guru sajikan kepada peserta didik dapat diserap yang kemudian diproses oleh lalu disimpan dalam memori.

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal peserta didik. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba dalam upaya meningkatkan daya ingat akal. Diantaranya menurut Barlow (1985), Reber(1988), dan Anderson (1990), seperi yang dikutip oleh Muhibbin Syah sebagai berikut:

  1. Overlearning. Artinya upaya belajar melebihi bata pengguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks Pancasila pada setiap hari Senin pagi ketika sedang melaksanakan apel bbendera, memungkinkan peserta didik mempunyai ingatan yang kuat terhadap teks Pancasila yang pernah dibacanya.
  2. Extra Study Time. Maksudnya adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar untuk materi tertentu, berrarti anak menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam.
  3. Mnemonic Device. Artinya muslihat yang dapat membantu ingatan. Kiat ini merupakan kiat khusus yang dijadikan alat pengait mental untuk memasukkan informasi-informasi kedalam system ingatan anak. Kiat ini banyak sekali ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah rima (sajak atau nyanyian), singkatan, system kata pasak, metode losal, dan system kata kunci.
  4. Pengelompokan. Maksud dari kiat pengelompokan adalah menata ulang setiap materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa materi tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam upaya mengurangi proses lupa dalam proses belajar menurut W.S Winkel antara lain:

  1. Motivasi belajar yang kuat di pihak pesrta didik, oleh karena itu guru harus mampu memilih bentuk motivasi yang tepat agar siswanya menjadi bersemangat dalam menerima materi yang akn disampaikan.
  2. Guru harus mampu memancing perhatian peserta didiknya agar informasi mengenai ,ateri yang sedang disampaikan terserap secara sepenuhnya. Karena memancing perhatian peserta didik merupakan pintu gerbang yang akan mengantarkan peserta didik pada konsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan.
  3. Peserta didik harus segera mengelola informasi secara baik. Karena penundaan pengelolaan mungkin akan mengakibatka materi itu terdesak keluar dari memori jangka pendek, karena adanya informasi baru yang akan masuk.

Dari beberapa kiat yang dapat dilakukan dalam rangka mengurangi proses lupa yang telah dije;askan diatas, pada dasarnya dapat kita ketahui bahwa sesungguhnya usaha-usaha mengurangi lupa tidak semata-mata terpulang pada cara-cara belajar yang baik di pihak peserta didik. Namun juga berhubungan dengan metode atau cara yang dipergunakan oleh guru dalam menyampaikan materi atau informasi.

TRANSFER BELAJAR

A. Definisi (pengertian) Transfer Belajar.

Jika diartikan secara bahasa, Transfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari dua kata yaitu transfer dan belajar. Transfer dipungut dari bahasa Inggris yaitu “ transfer “ yang berarti pergantian, serahterima, atau pemindahan. Sedangkan belajar sendiri adalah serangkaian kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakuh sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi transfer belajar adalah suatu kegiatan jiwa-raga untuk memindahkan atau menyerah terimakan suatu informasi atau penegetahuan yang bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan rumusan Transfer belajar menurut para pakar psikologi sebagai berikut:

  1. Salmeto mengatakan bahwa transfer adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian.
  2. Muhibbin Syah menyatakan bahwa trasfer belajar terjadi bila pengetahuan dan keterampilan anak didik sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.
  3. Menurut W.S Winkel dalam bukunya “ Psikologi Pengajaran “ bahwa transfer belajar berasal dari bahasa inggris “ Transfer of Learning “ atau “transfer of Training “ yang brarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dari bidang studi yang satu ke bidang studi yang lain atau kehidupan sehari-hari di luar lingkup pendidikan sekolah.

Dari beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa transfer belajar yaitu pemindahan. Pemindahan disini jangan dikonotasikan sebagai hilangnya suatu kemampuan atau keterampilan yang sudah dimiliki pada masa lalu, karena diganti dengan kemampuan atau keterampilan yang baru pada masa sekarang. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi, transfer belajar disini sebagai “ pemindahan Pengaruh “ atau pengaruh kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu yang dikuasai terhadap kemampuan atau keterampilan melakukan sesuatu yang lain yang akan dikuasai.

B. Teori Transfer Belajar

Teori transfer belajar adalah pemikiran atau pendapat mengenai bagaimana transfer belajar itu sendiri.

  1. Teori Disiplin Formal

Teori ini didasari oleh ilmu jiwa daya. Menurut teori ilmu jiwa itu tersusun dari beberapa macam daya ( pikiran, ingatan, perasaan, dll. ) masing-masing daya itu dapat diperbaiki melalui latihan-latihan. Teori transfer belajar menurut psikologi daya adalah bahwa baiknya setiap fungsi sebagai akibat mempelajari bahan tertentu akan tertransfer dalam mempelajari bahan apapun juga yang tidak ada hubungannya dengan bahan latihan itu.

  1. Teori Komponen-Komponen Identik

Menurut teori ini transfer terjadi, jika antara situasi yang lalu atau hasi belajar yang lalu dengan situasi yang dihadapi atau bahan pelajaran yang dihadapi terdapat aspek-aspek yang sama.

  1. Teori Generalisasi

Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd ( 1873-1946 ) yang berpendapat bahwa transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola, dan prinsip-prinsip umum.

C. Ragam (macam-macam) Transfer Belajar

Muhibbin syah ( 1999 : 14 ) dengan mengutip pendapat Robert M.Gagne mengemukakan empat macam tansfer belajar yaitu transfer Positif, transfer negatif, transfer vertikal dan transfer lateral.

  1. Transfer Positif

Yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Misalnya keterampilan mengendarai sepeda motor, akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan bermotor roda empat.

  1. Transfer Negatif

Transfer atau pemindahan berefek buruk yaitu mempersukar dan mempersulit dalam kegiatan belajar selanjutnya. Misalnya keterampilan mengemudikan kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia pindah kesalah satu Negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.

  1. Transfer Vertikal (tegak lurus)

Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu mebantu siwa tersebut dalam menguasai pengetahuan atau keterampilan yang lebih tinggi atau rumit. Misalnya seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk dikelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu di duduk dikelas III.

  1. Transfer Lateral (ke arah samping)

Dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Misalnya seorang lulusan STM yang telah menguasai teknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut ditempat kerjanya. Disamping itu, ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya transfer belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adanya transfer belajar, antara lain adalah:

  1. Intelegensi

Individu yang lancer dan pandai biasanya akan mampu menganalisa dan melihat hubungan-hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, hingga sangat mudah terjadi transfer.

  1. Sikap

Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi kecendrungan atau pendiriannya menolak/ sikap negative, maka transfer tidak akan terjadi, demikian sebaliknya.

  1. Materi pelajaran

Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan misalnya matematika dengan statistic, ilmu jiwa sscial dengan sosiologi, lebih mudah terjadi transfer.

  1. Sistem penyampaian Guru

Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara pelajaran yang sedang dipelajari dengan meta pelajaran lain atau dengan menunjuk ke kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya lebih membantu terjadinya transfer.

 

Kesimpulan.

  • Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
  • Ada beberapa teori tentang lupa, antara lain yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, dan motivated forgetting.
  • Faktor lupa antara lain adalah adanya informasi baru yang menggeser informasi lama, dan adanya perubahan situasi, sikap, minat dan perubahan urat saraf.
  • Kiat mengurangi lupa antara lain: overlearning, extra study time, mnemonic device, dan pengelompokan.
  • Memori merupakan simpanan informasi – informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan
  • Teori-teori tentang lupa antara lain: encoding, storage, dan retrieval.
  • Faktor yang mempengaruhi memori ada 3, yaitu: faktor lingkungan, faktor individu dan faktor materi yang diserap.
  • Cara meningkatkan kemampuan memori adalah dengan menyesuaikan bahan-bahan informasi yang memiliki hubungan dengan informasi yang sudah ada dan pengorganisasian proses memori dengan baik.

vTransfer belajar adalah sebuah frase yang terdiri dari kata yaitu transfer dan belajar.

vTeori transfer belajar adalah teori disiplin formal, teori komponen-komponen identik dan generalisasi.

vRagam transfer belajar adalah transfer positif, negative, vertical dan lateral.

vFaktor yang mempengaruhi transfer belajar antara lain: taraf intelegensi dan sikap, metode guru dalam mengajar serta isi materi yang disampaikan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hasan, Muhammad. 2002. Psikologi Pendidikan. Semarang: Gajah Mada

Mustaqim. 2004. Psikologi Belajar. Yoyakarta: Pustaka Pelajar

N.N. Meningkatkan Daya Ingat. http://www.e-edukasi.net. 19 September 2008.

NN. Memori Jangka Pendek. http://www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.

Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

 

BEING A PROFESSIONAL TEACHER

BEING A PROFESSIONAL TEACHER

O

L

E

H

IKA HASANATUN NISA’

Gambar

Have you ever wondered what the qualities of a really professional teacher are? we know that all teachers want their students to like them, but being liked isn’t the be-all and end-all really, is it?

Teachers can be popular just because they are friendly and helpful, but is not only that to be professional and effective they must have other qualities.

  1. Understands student psychology and can be problem solver.

It is very important for a teacher to understand the psychology of his/her stutent. Because every student have different problem from the other and will react differently to situations. So, a teacher must understanding and try to give her/his students solution.

  1. Competence and polishing their skills.

Cause the teacher is very important for future her/his country,she/he reserved have a competence in the education surface and always polishing their skills to bring into agreement with the develop period.

  1. Can choice method study for her/his student

Except competence in her/his board, teacher reserved can choice a method is right for a process study. Because right or not method that’s her/his choice can give effect to purpose of a process studying.

  1. Have a skill evaluation

This skill is very important for teacher. Because via this activity a teacher can know their method used right or not. And she/he can know the purpose of learning can reached or yet.

  1. Have a skiil management class

A skill of management class that’s good can make student active and can make condition class effective and nice for process study

  1. Keep communication whit parent

Parents and teachers together play a vital role in the growth and development of a kid. A professional teacher always keep communication whit parent and always given information about develop her/his child in class. And for a parent teacher can control her/his student.

  1. Have a good personality

For a public, teacher have hight level in her/his district. May be, more people being a teacher as inspiration. So, have a good personality is very important for to being a professional teacher.

impressive moment

Foto0972e

“ Impressive Moment in My Life “

I’m believe, everyone have a impressive moment in his life. From some of moment or experiences in my life, I had experience that I can’t forget. That is my experience, when I first time on an airplane. This experience, I experienced when I would go to Lombok, precisely on July 18,2012. This experience was a impressive and shameful from me.

This event started, when I get offer to continue study in Lombok from my brother. Cause some reason, I resolved to accept this offer. The ealier planning, I would going to Lombok by bus. But because, the time getting thinner finally, I went to Lombok by airplane from Juanda airport that located in the city of Surabaya. A feel of afraid and happy juice mixed into one. I’m nervous waiting my scheduled flight was delayed.

After waiting long enough, I learnt announcement a plane that would bring me to Lombok soon fly. I walked into plane with a lip that doesn’t want stop reading a prayer. Arriving on the plane, I just sit and slient. The problem appeared when the plane preapared to fly. The roar from the engines that couple with the vibrations, making my stomach queasy. I try to stand it, but I can’t. Quickly, I took the plastic bag that was in my bag. And finally, I threw up. How embarrassed myself at this time. Because from many people on the plane, I was the only sober air.

After my stomach relief, I asleep on the way. And no a feel the hours pass. I arrived in Lombok safely. I got out from plane with a limp body and feel of shame that I can’t stand. But I wouldn’t cured just because this incident. I wanted to get on a plane again. And I hope this incident not repeated in the next experience.

contoh penulisan laporan observasi IPS (aspek geografi,ekonomi,sosiologi,antropologi,dan psikologi)

TUGAS AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH

ILMU PENDIDIKAN SOSIAL (IPS)

OLEH:

IKA HASANATUN NISA’

15.1.12.9.145

Gambaran Umum

Desa Tendas Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah

Tujuan:

–        Aspek geografi: Untuk mengetahui letak geografis Desa Tendas, dengan cara menggambarkan dengan kata-kata tentang keadaan bumi besrta segala yang ada di atasnya di Desa Tendas.

–        Aspek ekonomi: Untuk mengidentifikasi dan menganalisi permasalahan ekonomi di Desa Tendas.

–        Aspek sosiologi: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahan-perubahan di Desa Tendas yang berhubungan dengan social seperi norma, nilai, budaya dan lain-lain.

–        Aspek antropologi: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan antar kelompok manusia, baik yang mengenai perbedaan pendapat, jalan pikiran, cara hidup dan lain sebagainya di Desa Tendas

–        Aspek Psikologi Sosial: Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan stuasi social/ fenomena social di lingkungan Desa Tendas

Letak Geografis

Desa Tendas adalah salah satu desa di Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas ± 40,8 Hektar. Menurut daftar jumlah pemilih pada pemilukada tahun 2013, desa ini dihuni oleh sekitar 2740 jiwa dengan jumlah pemilih atau penduduk yang berusia 17 tahun keatas berjumlah ± 2027 jiwa. Desa Tendas ini berjarak cukup dekat dari kantor Kecamatan Tayu yang berada di pusat kota, yakni hanya berjarak ± 1 km kearah selatan. Di bagian timur desa ini berbatasan dengan Jepat dan di bagian barat berbatasan langsung dengan desa Sentul. Sedangkan pada bagian selatan desa ini berbatasan dengan desa Mbondol dan di sebelah utara berbatasan dengan desa Keburomo.

Desa tersebut termasuk dalam daerah yang berdataran tinggi, namun bukan daerah pegunungan. Jadi tak heran jika udara disana tidak panas maupun dingin melainkan sejuk. Layaknya daerah-daerah di Indonesia, desa ini memiliki dua musim, yakni musim panas dan musim dingin. Di desa ini terdapat subuah sungai yang cukup besar yang aliran airnya bermuara di sungai besar yang ada di Tayu. Sungai tersebutlah yang menjadi sumber perairan bagi lahan-lahan pertanian yang ada di desa tersebut. Selain itu sumber daya air di desa ini cukuplah melimpah, jadi jika musim panas datang warga tidak pernah takut akan terjadi kekeringan.

Tanaman disini kebanyakan adalah tanaman pertanian seperti padi, jagung, singkong dan beberapa tanaman buah-buahan seperti durian, mangga, matoa, rambutan, dan lain-lain yang memang sengaja ditanam oleh para penduduk desa. Hewan ternak di desa ini sama halnya dengan hewan ternak didaerah-daerah lain yakni antara lai sapi,kambing, bebek dan ayam.

Aspek Ekonomi Desa Tendas

Mata pencaharian utama dan dominan di desa ini adalah petani. Namun bukan berarti penduduk desa Tendas tidak memiliki mata pencaharian lain selain pertanian. Ada beberapa beberapa mata pencaharian lain seperti tukang ojek, TKI atau TKW, wirasuwasta, pedagang, PNS, TIN, PORLI dan beberapa mata pencaharian yang lainnya. Ada juga beberapa penduduk yang memiliki dua mata pencaharian dua, misalnya saja petani dengan tukang ojek atau yang lainnya. Pada tahun 2013 presentase mata pencaharian penduduk desa Tendas dapat dilukiskan dalah sebuah diagram sebagai berikut:

Gambar

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa petani merupakan mata pencaharian yang dominan dan utama di desa Tendas. Hal ini didukung dengan beberapa faktor alam seperti ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas dan keadaan tanah yang bisa dibilang cukup subur, mengingat letaknya yang ada di daerah daratan tinggi.

Mata pencaharian dominan yang kedua adalah TKI/TKW. Alasan yang cukup kuat yang mereka ungkapkan adalah kurangnya lowongan pekerjaan di desa. Bagi mereka yang memiliki lahan pertania mereka bisa menjadi petani. Tapi bagi mereka yang tidak memiliki lahan pertanian hanya bisa menjadi buruh tani dengan upah yang sangat minim yakni setiap hari hanya berkisar dua puluh ribu rupiah. Itu pun tidak bisa dilakukan setiap hari, pekerjaan sebagai buruh tani hanya bisa dilakukan saat musim panen atau musim tanam.

Dengan penghasilan yang demikian, tentu mereka sangat kesusahan untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan membayar biaya sekolah anak-anak mereka. Karena seperti yang kita tahu, harga-harga kebutuhan pokok dan biaya sekolah setiap harinya semakin merangkak naik mencekik rakya kalangan bawah seperti mereka. Hal inilah yang menjadikan mereka nekat untuk mengampil keputusan bekerja di luar negeri karena tergiur dengan gaji yang lebih besar. Walaupun harus terpisah jauh dengan keluarga, sanak saudara dan buah hati mereka.

Aspek Sosiologi

Pada tahun 90-an tidak pernah ada seorang anak gadis memakai pakaian yang pendek dan sedikit terbuka. Hal ini dikarenakan mereka takut akan menjadi gunjingan para tetangga dan akhirnya akan membuat malu bagi keluarganya. Namun pada tahun-tahun ini hal tersebut sudah menjadi fenomena yang biasa, bahkan seolah-olah mereka merasa bangga memakai pakaian seperti itu. Karena mereka beranggapan bahwa seorang gadis yang tidak memakai pakaian seperti itu adalah gadis yang jadul alias kurang pergaulan.

Tidak hanya itu dahulu seorang gadis sangat dilarang keras keluar malam. Apabila waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, maka seorang anak gadis harus sudah berada di rumah. Jika ada keperluan yang sangat mendesak maka haruslah ayah atau saudara yang mengantarkan. Tetapi pada saat ini semua itu sudah tidak berlaku lagi.

Hal ini dikarenakan mulai lunturnya nilai, norma dan budaya dalam masyarakat Indonesia, ini adalah salah satu dampak negative yang timbul sebagai akhibat dari globalisasi. Di era dimana semua telah mendunia semua hal terasa sangat mudah. Sehingga kemungkinan masuknya budaya suatu bangsa ke bangsa lain pun tidak bisa dielakkan lagi. Hal ini lah yang terjadi di Indonesia sebagai salah satu Negara di dunia. Masuknya budaya asing kedalam kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dibendung lagi.

Namun sayangnya hal ini tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat untuk memilih mana budaya asing yang sesuai dengan budaya leluhur dan dapat disatukan melalui proses asimilasi dan mana budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya leluhur bangsa sehingga budaya itu tak patut untuk diikuti. Kebanyakan dari mereka hanya menyerap semua budaya asing dan menerapkannya dalam kehidupan sehari tanpa memperdulikan adanya budaya bangsa sendiri sebagai warisan dari para leluhur. Sehingga tidak heran jika budaya-budaya asli Indonesia seperti gotong-royong semakin lama semakin tergerus dan akhirnya akan hilang. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat kota yang cara hidupnya telah berganti menjadi individualis. Karena mereka hanya sibuk bekerja di kantor setiap harinya, berangkat pagi pulang malam. Mereka hanya sibuk memeikirkan bagaimana cara untuk menghasilakan uang tanpa memikirkan aspek social.

Aspek Antropologi

Pada beberapa tahun ini desa Tendas telah mengalami banyak perubahan. Banyak kontraktor yang mulai melirik lahan di desa tersebut untuk mereka ubah menjadi perumahan. Tepatnya pada tahun 2008, beberapa investor dan kontraktor berencana membangun perumahan lengkap dengan tempat rekreasi dan jalan raya. Tentunya hal ini memancing beragam reaksi dari para penduduk, banyak yang mendukung namun tidak sedikit pula yang menolak rencana ini.

Mereka kelompok yang mendukung rencana ini kebanyakan berasal dari kalangan penduduk desa yang memiliki usaha disepanjang jalan yang kan dibangun oleh investor tersebut. Mereka beralasan dengan pembangunan ini omset pendapatan mereka akan bertambah karena di daerah tersebut akan dibangun sebuah tempat rekreasi dan tentunya akan mengundang banyak wisatawan. Dan jika pembangunan tersebut benar-benar terealisasi maka akan memberikan sumbangsi yang lumayan besar bagi pemasukan khas desa.

Sedangkan kelompok yang menolak keras pembangunan perumahan, tempat rekreasi dan jalan raya tersebut, mayoritas dari meraka adalah dari kalangan petani. Hal ini dikarenakan rencana pembangunan tersebut akan banyak menggusur lahan tempat mereka menggantungkan nasibnya. Walaupun mereka akan mendapatkan ganti untuk lahan yang tergusur akhibat dari pembangunan tersebut, namun mereka bersikeras untuk menolak rencana tersebut. Alasan lainnya adalah letak pembangunan tersebut yang tidak jauh dari sungai yang selama ini menjadi sumber irigasi bagi sawah-sawah mereka. Sehingga mereka khawatir adanya pembangunan tersebut akan berakhibat pada kualitas kapasitas air untuk mengairi sawah-sawah mereka.

Aspek Psikologi Sosial

Belakangan ini, terjadi peristiwa yang sangat mencoreng nama baik desa Tendas. Dalam kurun waktu 2 tahun belakangan (2010-2012) ada sekitar 5 gadis di desa Tendas yang hamil di luar nikah. Banyak yang mengatakan hal ini dikarenakan pergaulan mereka yang terlalu bebas dan ditambah lagi dengan kurangnya control dari orang tua. Kebanyakan penduduk desa menyimpulkan seperti ini karena jika dilihat dari kondisi orang tua tiga dari kelima gadis tersebut memang sehari-hari sibuk bekerja sebagai petani dan pedagang. Sering kali mereka pulang sore hari bahkan malam hari dan paginya harus berangkat untuk bekerja lagi begitu seterusnya hinggga mereka tidak terlalu memperhatikan pergaulan buah hatinya. Sedangkan orang tua dari 2 gadis lainnya adalah seorang TKW, mereka hanya tinggal bersama nenek dan kakeknya yang telah tua renta sehingga pengawasan dari orang tua pun kurang maksimal.

Namun pada dasarnya tidak hanya pergaulan yang terlalu bebas dan kurangnya kontrol dari orang tua yang menjadi alasan terjadinya peristiwa tersebut. Tetepi juga tidak adanya komunikasi dua arah dalam keluarga dengan kata lain komunikasi dalam keluarga hanya berjalan searah. Artinya komunikasi hanya berbentuk perintah dari orang tua, sehingga mereka merasa terkekang dan hal ini lah yang menjadikan mereka mencari sesuatu yang sesuai dengan kehendak hati mereka di luar rumah. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan penanaman ataupun mulai terkikisanya norma-norma kesusilaan dan norma agama juga menjadi salah satu faktor yang tidak kalah pentingnya. Karena memang tidak dapat dipungkiri, dalam beberapa waktu belakangan acara-acara agama seperti pengajian hanya dihadiri oleh kalangan ibu-ibu. Hal ini dikarenakan para muda-mudi lebih memilih nongkrong dengan teman-temannya.

Dengan adanya peristiwaa tersebut, timbul lah kesadaran akan pentingnya perhatian dan kontrol orang tua terhadap anak pergaulan anak. Bukan untuk mengekangnya tapi untuk menjaga mereka dari kemungkinan akan terjerumusnya anak-anak mereka dalam pergaulan yang salah. Para penduduk desa khususnya para orang tua pun mulai berbenah diri menanggapi hal tersebut.

Di lingkungan keluarga, para orang tua pun semakin waspada dan meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak mereka. Para Ayah rela mengantar dan menjemput anak mereka sewaktu pulang sekolah dan para Ibu semakin intens membangun komunikasi dengan putra-putri mereka, sebagai salah satu upaya untuk membangun komunikasi yang baik dengan buah hati mereka sehingga buah hati mereka pun tak sungkan-sungkan untuk terbuka mengenai apapun, baik itu sekolah, sahabat maupun pacar. Upaya ini diawali dengan hal-hal sepele seperti menanyakan apa saja aktivitas yang dikerja kan di luar rumah seharian, bagaimana sekolahnnya, mengajak seluruh anggota keluarga makan malam bersama seraya mengajak anak membincangkan banyak hal.

Tidak hanya dalam lingkup keluarga, tetapi juga dalam lingkup masyarakat. Mereka mulai memperketat penjagaan di lingkungan desa. Tempat-tempat yang diduga sering menjadi tempat para pasang muda-mudi berpacaran mulai di sisir satu persatu. Jika ada pasangan muda mudi yang tertangkap basah sedang berpacaran disana maka mereka akan membawanya ke kantor desa untuk kemudian disidang dan dipanggil kedua orang tuanya. Hal ini dilakukan bukan untuk membuat aib bagi keluarga pasangan muda-mudi tersebut, melaikan hanya sebagai pelajaran agar mereka tidak mengulangi hal yang sma di kemudian hari, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.